Jakarta (ANTARA News) - Kepala Badan Pusat Statistik (BPS)
Suhariyanto memastikan penyesuaian tarif listrik untuk rumah tangga 900
VA nonsubsidi menjadi penyumbang utama tingkat inflasi pada April 2017
sebesar 0,09 persen.
"Penyesuaian tarif listrik ini dampaknya lebih besar, dibandingkan
Maret. Terutama bagi pascabayar, yang rata-rata membayar lebih tinggi,"
kata Suhariyanto dalam jumpa pers di Jakarta, Selasa.
Dengan inflasi April tercatat 0,09 persen, maka inflasi tahun
kalender Januari-April 2017 telah mencapai 1,28 persen dan inflasi
secara tahunan (year on year) sebesar 4,17 persen.
Suhariyanto menjelaskan penyesuaian tarif listrik tersebut
memberikan kontribusi besar kepada kelompok perumahan, air, listrik, gas
dan bahan bakar yang tercatat mengalami inflasi pada April sebesar 0,93
persen.
"Kelompok perumahan ini menyumbang inflasi cukup tinggi, namun
untungnya bisa dinetralisir oleh kelompok bahan makanan," katanya.
Kelompok pengeluaran lain yang menyumbang inflasi adalah kelompok
sandang yang tercatat inflasi 0,49 persen serta kelompok transportasi,
komunikasi dan jasa keuangan yang mengalami inflasi 0,27 persen.
"Kelompok sandang dipengaruhi oleh harga emas perhiasan yang
bergerak naik di pasar internasional. Untuk kelompok transportasi
terjadi karena kenaikan tarif angkutan udara dan tarif pulsa ponsel,"
ujar Suhariyanto.
Selain itu, kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau ikut
mengalami inflasi 0,12 persen, diikuti kelompok kesehatan 0,08 persen
dan kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga 0,03 persen.
"Inflasi kelompok makanan jadi dipengaruhi oleh kenaikan harga rokok
dan rokok kretek filter, meski harga gula pasir mengalami penurunan,"
ungkapnya.
Namun, kelompok bahan makanan mengalami deflasi pada April sebesar
1,13 persen, sehingga menekan pergerakan inflasi, karena turunnya harga
komoditas pangan seperti cabai merah, cabai rawit, bawang merah, beras,
daging sapi, ikan segar dan telur ayam ras.
"Meski demikian, ada beberapa komoditas yang harus menjadi perhatian
pemerintah, seperti bawang putih, daging ayam ras, tomat dan jeruk,
karena masih menyumbang inflasi," tambah Suhariyanto.
BPS juga mencatat dari 82 kota IHK pada April 2017, sebanyak 53 kota
mengalami inflasi, dengan inflasi tinggi terjadi di Pangkal Pinang 1,28
persen dan Cilacap 0,01 persen.
Sementara itu, sebanyak 29 kota menyumbang deflasi, dengan deflasi
tinggi terjadi di Singaraja sebesar 1,08 persen dan deflasi rendah di
DKI Jakarta dan Manado masing-masing 0,02 persen.
Sebelumnya, pada Maret 2017, BPS mencatat terjadi deflasi sebesar
0,02 persen, karena turunnya berbagai harga pangan di kelompok bahan
makanan. (*)
BPS: Penyesuaian Tarif Listrik Sumbang Inflasi April
Selasa, 2 Mei 2017 13:04 WIB