Samarinda (ANTARA Kaltim) - Mayoritas kasus kecelakaan lalu lintas yang terjadi di Provinsi Kalimantan Timur disebabkan faktor manusia alias pengemudi, baik karena kelelahan, mengantuk dan lainnya, kata pejabat Direktorat Lalu Lintas Kepolisian Daerah Kaltim.
"Selama tahun 2015 terjadi sebanyak 867 kasus lakalantas, di mana 858 kasusnya akibat faktor manusia. Sementara dari 1.228 kasus lakalantas yang yang terjadi pada 2014, sebanyak 1.199 kasus disebabkan faktor manusia," ujar Kasubdit Keamanan dan Keselamatan Dirlantas Polda Kaltim AKBP Parjoko di Samarinda, Kamis.
Ia mengemukakan hal itu ketika menjadi pembicara dalam seminar sehari dalam rangkaian peringatan Hari Perhubungan Tingkat Kaltim dengan tema "Melalui Forum Lalu Lintas Angkutan Jalan Kita Tingkatkan Kinerja Sektor Transportasi di Kalimantan Timur".
Berdasarkan data tersebut, Parjoko menyebutkan kasus lakalantas yang diakibatkan selain faktor manusia sangat minim, yakni faktor kendaraan hanya dua kasus, faktor jalan tujuh kasus, dan tidak ditemukan kecelakaan akibat faktor alam.
Data pada 2014 juga demikian, yakni dari 1.228 kasus lakalantas, faktor manusia jauh lebih banyak, sedangkan akibat faktor kendaraan lima kali, faktor jalan 24 kali, dan tidak ditemukan lakalantas akibat faktor alam atau faktor lingkungan.
Dari jumlah lakalantas di Kaltim, lanjutnya, kecelakaan yang melibatkan kendaraan umum juga tergolong minim, yakni 35 kasus atau 4,05 persen pada 2015 atau menurun dibanding 014 sebanyak 42 kasus atau 1,14 persen, selebihnya merupakan lakalantas yang melibatkan kendaraan pribadi baik roda empat maupun roda dua.
Parjoko melanjutkan permasalahan terjadinya lakalantas sangat kompleks, seperti kualitas keselamatan di jalan masih rendah, terutama kesadaran pengemudi dalam berhati-hati di jalan atau tidak menaati rambu-rambu lalu lintas.
Kemudian masalah jalan, karena berdasarkan survei pada Juni 2016, khususnya jalan negara untuk rute Balikpapan, Samarinda, Bontang, Kutai Timur, Berau, Bulungan, Penajam Paser Utara, hingga Kabupaten Paser, kondisi jalannya bisa memicu kecelakaaan.
Pada jalur-jalur itu terdapat sedikitnya 152 titik jalan rawan kecelakaan, baik jalan berlubang, longsor, jembatan rusak, rawan pohon tumbang, tanjakan atau turunan tajam, minim penerangan, dan minim rambu jalan, sehingga berpotensi menimbulkan lakalantas.
Masalah lainnya adalah masih banyak kendaraan yang dimanfaatkan bukan peruntukannya, seperti kendaraan angkutan barang digunakan untuk angkutan orang, kemudian angkutan peti kemas menggunakan truk tronton dan longbet yang seharusnya menggunakan kendaraan trailer.
"Hal lain yang juga memicu terjadanya lakalantas adalah kelaikan jalan yang dilalui kendaraan berat. Seperti Jalan MT Haryono di Balikpapan yang menanjak atau menurun tajam, padahal jalur itu juga dilalui kendaraan berat sehingga kendaraan tidak kuat," ujarnya.(*)