Jakarta (ANTARA News) - Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menerapkan model pendekatan konservasi pada lahan eks tambang batu bara milik PT Indo Tambangraya Megah (ITM) Tbk di Barinto dan Bontang, Kalimantan Timur.
"Tambang biasanya didikotomikan dengan konservasi. Harapannya, sinergi lembaga penelitian dan konservasi dengan pertambangan ini ada hal baik yang bisa dirasakan masyarakat pada umumnya dan masyarakat sekitar tambang khususnya," kata Kepala UPT Kebun Raya Purwodadi Hendrian di Jakarta, Kamis.
Ia mengatakan Kalimantan yang memiliki keanekaragaman hayati tertinggi dengan beragam spesies endemik, jika tidak ada upaya konservasi maka ancaman kehilangan spesies bukan mustahil dapat terjadi dalam waktu dekat.
Peneliti di Kebun Raya Purwodadi, lanjutnya, melakukan pendekatan konservasi dengan melakukan studi pratambang dan menginventarisasi keanekaragaman hayati di lokasi yang akan ditambang. Selanjutnya melakukan penyelamatan berbagai jenis tumbuhan untuk nantinya ditanam kembali oleh PT ITM saat melakukan rehabilitasi bekas tambang.
"Banyak yang berpikir rehabilitasi tambang itu cukup menutup dan menanami kembali. Tapi dengan pendekatan konservasi aspek spesies hingga karakter lahan diperhitungkan sehingga diupayakan rehabilitasi mendekati semula," ujar dia.
Peneliti ekologi pada UPT Kebun Raya Purwodadi yang menjadi ketua tim peneliti kerjasama LIPI--ITM Siti Sofiah mengatakan menyelamatkan lebih dari 600 jenis tumbuhan dan dibawa ke Kebun Raya Purwodasi sebagai koleksi sekaligus dikembangkan.
Sedangkan 300 jenis tumbuhan tetap ada di ITM untuk dikembangkan dan ditanam kembali saat rehabilitasi lahan dilakukan. "Di nursery mereka ada lebih dari 1.200 individu yang akan ditanam kembali nantinya".
Ia mengatakan prinsip konservasi diterima baik oleh PT ITM. LIPI memberik dukungan program rehabilitasi tambang berbasis tumbuhan lokal, melakukan pelatihan dalam perusahaan dan masyarakat sekitar untuk memperbanyak tumbuhan, teknik budidaya tumbuhan, hingga teknik konservasi biji.
"Peran masyarakat sekitar besar, karena itu mereka dilibatkan. Mereka nantinya dapat melakukan pembibitan sendiri dan mandiri untuk menyokong perekonomiannya," ujar Sofiah.
Sebanyak 71 jenis dan 300 individu anggrek diselamatkan dari lokasi tambang. "Ada juga jenis pohon kalimantan sorea dan meranti, keluarga sempur, buah buni, pisang kalimantan, durian kalimantan, dan masih banyak jenis lain. Akan dilihat dari hasil pengukuran dan keragaman keanekaragaman hayati yang sudah diteliti untuk jadi acuan dasar spesies lokal yang dikembalikan ke tambang rehabilitasi".
Tim peneliti, lanjutnya, juga telah meneliti estimasi angka cadangan karbon per hektare (ha) lahan tambang untuk nantinya memprioritaskan jenis tumbuhan yang mempunyai potensi menyerap karbon lebih tinggi, misalnya meranti.
Ia menyebut estimasi cadangan karbon di Bontang mencapai 97,03 ton per hektare (ha) yang menjadi lahan tambang ITM, sedangkan di Barinto mencapai sekitar 25, 07 ton per ha.
Selama lima tahun terakhir, menurut dia, sudah ada tumbuhan dari keluarga beringin yang merupakan spesies kunci ekosistem ditanam kembali. Harapannya dapat menjadi pionir pembentukan ekosistem sehingga mendatangkan hewan atau burung kembali
Asisten Wakil Presiden Direktur untuk Kualitas, Keselamatan, dan Lingkungan PT ITM Puji Rahadin mengatakan kerjasama dengan UPT Kebun Raya Purwodadi LIPI dilakukan sejak 2010. Rehabilitasi dengan melakukan penanaman tumbuhan pionir dilakukan 2012.
ITM memiliki lima konsesi tambang batubara di Kalimantan Timur, dan satu di Kalimantan Selatan. Lahan konsesi di Bontang mencapai 25.000 ha, 9.000 ha ditambang, dan 6.700 ha atau 65 persen sudah mulai direklamasi, sedangkan di konsesi Barinto mencapai 22.000 ha dan 2.800 ha ditambang. (*)