Sangatta (ANTARA) - Kabupaten Kutai Timur (Kutim) berhasil menurunkan angka prevelensi stunting, hal itu berdasarkan hasil Survei Statis Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2024.
“Penurunan sebesar 8,4 persen, menempatkan Kutim diperingkat ke-8 di Provinsi Kalimantan Timur, sebelumnya menduduki peringkat ke-10,” ucap Kepala Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DPPKB) Kutim Achmad Junaidi, di Sangatta, Rabu.
Ia menjelaskan dalam Survei Kesehatan Indonesia (SKI) SSGI yang dirilis Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Republik Indonesia pada 27 Mei 2025 lalu. Angka stunting Kutim menjadi 20,6 persen, turun secara signifikan dari tahun sebelumnya 29 persen.
Dengan adanya penekanan angka stunting sebanyak 8,4 persen, Kabupaten Kutai Timur berhasil naik dua posisi di atas Kabupaten Kutai Barat dengan angka 21,0 persen dan Panajam Paser Utara di angka 21,9 persen.
Junaidi yang juga Sekretaris Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) Kutim mengatakan keberhasilan tersebut merupakan hasil kerjasama berbagai pihak.
"Ini hasil kolaborasi dan sinergi antar perangkat daerah, organisasi mitra, dan berbagai pemangku kepentingan lainnya," ucapnya.
Lebih lanjut, dia juga menjelaskan penekanan angka tersebut tidak lepas dari pembinaan, pelatihan, dan pendampingan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) dari Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP).
Selain itu, keberhasilan Kabupaten Kutai Timur berlanjut dalam penurunan angka keluarga resiko stunting (KRS).
"Tren penurunan tersebut ditunjukkan dalam Sistem Informasi Keluarga (SIGA) Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga/Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (KEMENDUKBANGGA/BKKBN RI) yang dirilis Mei 2025," kata Junaidi..
Menurutnya, pada semester II tahun 2023 tercatat 19.900 KRS. Angka tersebut terus menurun menjadi 15.576 KRS di semester I tahun 2024, 12.362 KRS pada September 2024, dan 11.973 KRS di semester II tahun 2024.
"Kita harus terus bersinergi mengawali Kutai Timur hebat menuju Indonesia Emas 2045. Kami akan tunjukkan kesuksesan lainnya dengan menciptakan tren yang positif," kata Junaidi.