Kubar, Kaltim (ANTARA) - Dinas Kesehatan Kabupaten Kutai Barat (Dinkes Kubar), Kalimantan Timur, bersama PT BEK berkolaborasi mewujudkan pembangunan berkelanjutan atau sustainable development goals (SDGs) melalui peran posyandu, karena posyandu menjadi ujung tombak dalam pelayanan kesehatan.
Hal utama yang menjadi penekanan dalam kolaborasi ini adalah menyesuaikan dengan tujuan SDGs yakni menghapus kelaparan, mengurangi kemiskinan, dan untuk meningkatkan kesehatan.
"Posyandu merupakan titik krusial dalam rantai pemenuhan hak dasar masyarakat, khususnya kesehatan anak usia dini, sehingga kerja sama ini dilakukan untuk penguatan kader posyandu," ujar Health, Safety, Environmental and Community Development (HSEC) Head PT Bharinto Ekatama (BEK) Cipto Hadi Purnomo di Sendawar, Kubar, Rabu.
Untuk itu, posyandu menjadi pintu masuk dalam mewujudkan SDGs dalam kolaborasi ini, yakni untuk meningkatkan pelayanan kesehatan bagi masyarakat, terutama bagi ibu dan anak di tingkat desa/kampung.
Kerja sama yang dilakukan dalam bentuk program pelatihan kader dan penyediaan sarana di posyandu, kemudian mendorong integrasi posyandu serta penambahan fungsi layanan, sebagaimana yang telah diatur dalam ketentuan baru oleh Kementerian Dalam Negeri.
Melalui pelatihan ini, maka kader posyandu bisa meningkatkan pelayanan, sehingga jika anak sehat, maka mereka bisa belajar dengan baik. Kemudian ibunya juga teredukasi, maka keluarga menjadi terangkat kualitas hidupnya.
"Ini merupakan upaya konkret kami untuk ikut mendukung target global, karena jika masyarakat sehat, mereka bisa belajar, bisa bekerja, serius, dan itu akan memperkuat keluarga dan komunitasnya," kata Cipto.
Sementara Kristinawati, Community Development Head PT BEK mengatakan posyandu di Kabupaten Kubar bukan sekadar tempat penimbangan balita dan pemeriksaan ibu hamil, namun di kampung-kampung seperti Kampung Besiq, Bermai, dan Muara Bunyut, posyandu menjadi garda terdepan dalam layanan kesehatan keluarga.
"Sedangkan pelatihan untuk kader diperlukan agar mereka tidak hanya paham soal tugas rutin, tetapi juga makin terampil dan paham bahwa posyandu tidak berjalan sendiri, namun terintegrasi dengan lembaga lain terkait, termasuk pemahaman tentang standar kerja yang sama," kata ia.
Selain pelatihan, pihaknya juga memberikan bantuan dana per tahun kepada posyandu binaan. Dana ini dikelola langsung oleh kader untuk menunjang kegiatan bulanan, termasuk pemberian makanan tambahan (PMT) bergizi yang diolah sendiri oleh kader dengan bahan lokal.
"Dalam hal ini, kami hanya bantu dana, sedangkan para kader yang mengolah makanan, karena mereka sudah mendapat pemahaman tentang pentingnya makanan beragam, bergizi, seimbang, dan aman( B2SA), tidak sekadar memberi makan, tapi juga menyesuaikan dengan kebutuhan gizi anak," kata Kristinawati.