Samarinda (ANTARA) - Dinas Pangan, Tanaman Pangan, dan Hortikultura Provinsi Kalimantan Timur (DPTPH Kaltim) mengembangkan komoditas hortikultura untuk memenuhi permintaan pasar ekspor, yakni pisang gerece, salah satu jenis pisang kepok khas Kalimantan.
Pisang gerece selain laku di tingkat lokal juga untuk memenuhi permintaan ke luar daerah, bahkan hingga diekspor ke sejumlah negara seperti Amerika Serikat, Pakistan, Malaysia, Singapura, Jepang, dan ekspor ke Iran.
"Tahun ini dan tahun depan ada lima komoditas yang menjadi fokus pengembangan kami, salah satunya adalah pisang yang diekspor ke berbagai negara baik dalam bentuk pisang murni maupun pisang olahan," ujar Kabid Produksi Hortikultura DPTPH Provinsi Kaltim Kosasih, di Samarinda, Jumat.
Selain pisang, empat komoditas unggulan yang menjadi prioritas pengembangan pihaknya hingga tahun 2026 adalah cabai rawit, cabai besar, bawang merah, dan buah pepaya.
Komoditas cabai rawit cabai besar, dan bawang merah merupakan bahan pokok selama ini kerap bergejolak yang kemudian memicu terjadinya inflasi, sehingga dengan adanya pengembangan hortikultura ini, maka akan mampu menahan laju inflasi karena bisa dipenuhi oleh daerah sendiri.
Sedangkan untuk komoditas pepaya, kata dia lagi, buah ini masih menjadi perburuan masyarakat pecinta buah, sehingga pihaknya pun terus membantu masyarakat yang ingin mengembangkan berbagai jenis pepaya, karena selain dapat membantu meningkatkan ekonomi petani, berat pepaya juga untuk mendukung pencapaian target produksi hortikultura.
Kosasih juga mengatakan bahwa harga jual hortikultura menarik (tinggi) bagi petani, sehingga mereka terus semangat merawat kebun guna meningkatkan produksi, baik melakukan intensifikasi maupun ekstensifikasi.
Harga jual yang tinggi tersebut bisa dilihat dari nilai tukar petani (NTP) hortikultura yang selama ini selalu di atas 100 alias di atas angka keseimbangan.
Jika NTP di bawah 100 berarti petani masih rugi, jika pas 100 berarti kehidupan petani pas-pasan, namun jika di atas 100 berarti petani untung, apalagi jika jauh di atas 100, menandakan petani makmur.
"Untuk NTP hortikultura Kaltim selalu jauh di atas 100, misalnya pada Desember 2024 sebesar 117,92, pada Januari 2025 naik menjadi 126,57, dan pada Februari 2025 meski dengan NTP turun, tapi masih tetap tinggi di angka 124,12. Ini berarti harga jual produk hortikultura masih tetap menarik," kata Kosasih.