Jakarta (ANTARA) - Laga yang membuka persaingan dalam Grup B Euro 2024 ini adalah pertarungan antara dua kelas berat sepak bola Eropa.
Uniknya, kedua tim tak difavoritkan menjadi juara turnamen edisi tahun ini, padahal Spanyol dan Kroasia adalah tim penuh bakat yang memiliki kemampuan menjuarai turnamen ini.
La Roja sendiri sudah tiga kali menjuarai Piala Eropa pada 1964, 2008 dan 2012, serta semifinalis Euro 2020 yang kalah adu penalti melawan Italia.
Permainan mereka yang sabar dan yang menekankan penguasaan bola membuat La Roja selalu tampil memukau, termasuk dalam Euro 2020 dan Piala Dunia 2022.
Tapi pendekatan ini kadang tak cukup mengantarkan Spanyol ke tangga juara.
Yang pasti, pendekatan bermain seperti itu membuat Spanyol selalu menjadi tim yang lebih menguasai bola dalam 136 pertandingan kompetitif terakhirnya.
Spanyol adalah satu dari delapan negara yang menjuarai Piala Dunia, selain tiga kali menjuarai Piala Eropa dari sebelas kesempatan yang mereka ikuti.
Setelah menjuarai Nations League 2022-23, Spanyol menjadi tim kedua yang menjuarai Piala Dunia, Euro, dan Nations League, setelah Prancis.
Sementara itu, Kroasia yang menjadi lawan mereka dalam pertandingan di Stadion Olimpiade di Berlin pada Sabtu malam pukul 23.00 WIB nanti selalu tampil mengesankan.
Negara kecil yang merdeka 34 tahun silam pada 1990 setelah memisahkan diri dari Yogoslavia itu membuat debut Piala Eropa pada 1996, dan berhasil masuk perempatfinal.
Dua tahun kemudian mereka melakukan debut Piala Dunia, dan kembali mencengangkan dunia setelah tuntas urutan ketiga pada Piala Dunia 1998.
Ketika pertama kali masuk menjadi anggota FIFA pada 1994, Kroasia masih berperingkat 125. Tapi setelah finis tiga besar dalam Piala Dunia 1998, mereka merangsek ke 10 besar peringkat FIFA sehingga menjadi tim tercepat yang menembus 10 besar dunia.
Spesialis turnamen
Perjalanan Kroasia tak berhenti di situ. Tim ini menjadi runner up Piala Dunia 2018 dan urutan ketiga Piala Dunia 2022.
Namun, muhibah mereka dalam Piala Eropa tidak sekemilau dalam Piala Dunia. Mereka tersingkir pada 16 besar dua Piala Eropa terakhir, sedangkan pencapaian terbaiknya di Eropa adalah perempatfinal Euro 1996 dan 2008.
Meskipun begitu, Kroasia akan tetap masuk gelanggang dengan kepercayaan diri yang besar, setelah memenangkan enam laga terakhirnya, termasuk menang 2-1 atas Portugal dalam laga persahabatan.
Kontrol permainan adalah aspek terpenting dalam sepak bola Kroasia, namun mereka melakukan hal itu dengan tingkat kecerdikan yang tak dimiliki La Roja.
Dalam Piala Dunia 2022, hanya Spanyol yang melampaui mereka dalam penguasaan bola. Trio Luka Modric, Marcelo Brozovic, dan Mateo Kovacic, menjadi faktor terbesar di balik kemampuan Kroasia dalam menguasai kendali permainan.
Krosia juga sulit dikalahkan, selain piawai menjaga harmoni antara transisi dan penguasaan bola, yang membuat mereka sering dilabeli sebagai tim spesialis turnamen.
Spanyol tahu soal ini, dan mereka waspada. Namun dari statistik pertemuan kedua tim Spanyol masih superior.
La Roja memenangkan enam dari 10 pertandingan sebelumnya melawan Kroasia, termasuk menang adu penalti dalam final Nations League 2022-2023.
Sebaliknya, kemenangan terakhir yang dicatat Kroasia dari Spanyol terjadi pada November 2018 dalam Nations League. Terakhir kali mereka bertemu dalam babak 16 besar Euro 2020 ketika Spanyol menang 5-3.
Kini, mereka akan kembali adu kuat, adu cerdik, dan adu ketajaman.
Dan ini akan menjadi bagian paling menarik untuk disaksikan, karena ini juga tentang kemenarikan bentuk tim dan pola permainan yang akan dimainkan keduanya.
Di sini, rumus pertandingan yang dibuat Luis de la Fuente dan Zlatko Dalic menjadi bagian paling menarik untuk dianalisis.
4-3-3
Dalic sendiri menghadapi sedikit masalah pada tingkat kebugaran pemainnya, tapi Luka Modric, Mateo Kovacic dan Marcelo Brozovic dipastikan menjadi starter.
Mereka menjadi triumvirat lapangan tengah Kroasia yang menjaga keseimbangan permainan dan pengatur lalu lintas bola, sekaligus faktor yang bisa mengimbangi triarki serupa di lini tengah Spanyol yang kemungkinan diisi Fabrian Ruiz, Rodri dan Pedri.
Dalam kaitan ini, baik Luis de la Fuente maupun Zlatko Dalic mungkin memasang formasi sama, 4-3-3.
Formasi yang acap diadopsi tim-tim besar nan hebat itu membuat pemain mendapatkan fleksibilitas saat bermanuver yang kemudian bisa memastikan fluiditas permainan.
Asyiknya, baik Spanyol maupun Kroasia, memiliki modalitas besar yang memastikan pola seperti ini berjalan efektif, walau tak selalu tegak lurus dengan hasil pertandingan yang diinginkan.
Di sisi Kroasia, lewat formasi ini, trio Kovacic-Brezovic-Modric menjadi jembatan untuk kuartet pertahanan yang kedua sayapnya ungkin diisi Josko Gvardiol dan Josip Stanisic, sedangkan Marin Pongracic dan Josip Sutalo melindungi kiper Dominik Livakovic di jantung pertahanan.
Dalam formasi yang memungkinkan tim tampil eksplosif ini, Kroasia mengasah pedang serangnya dengan menempatkan Ante Budimir sebagai penyerang utama yang diapit Andrej Kramaric dan Lovro Majer di kedua sayap serangan.
Mereka kan adu tajam dengan trisula serupa di La Roja, yang mungkin terdiri dari Alvaro Morata di tengah, dan duet Nico William-Lamine Yamal di kedua sayap serangan Spanyol.
Sama seperti Kroasia, trio serang Spanyol itu juga bakal berharap pasokan dari kedua full back, yang mungkin ditempati Alex Grimaldo di kiri dan Jesus Navas atau Dani Carbajal di kanan.
Penjaga gawang Unai Simon akan ketat dilindungi Robin Le Normand atau mungkin Aymeric Laporte, dan Naco, di sumbu pertahanan Spanyol.
Semua pemain yang dipasang Dalic dan de la Fuente memiliki kualitas hampir sama, bahkan berpasangan di klubnya masing-masing seperti Alex Grimaldo dan Josip Stanisic di Bayer Leverkusen.
Dengan semua prospek dan skenario seperti itu, laga ini menjanjikan permainan menyerang yang terlalu sayang untuk diabaikan.