Batik Sekar Buen produksi Desa Bangun Mulya, Kecamatan Waru, Penajam Paser Utara, kawasan Ibu Kota Nusantara (IKN), berpotensi besar menjadi batik khas IKN, karena secara kualitas, motif, dan harga mampu bersaing dengan produk luar daerah.
"Kualitas, corak, dan motifnya bagus sehingga batik ini bisa menjadi oleh-oleh khas bagi siapapun yang berkunjung ke IKN dan sekitarnya," kata Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) Ririn Sari Dewi saat mengunjungi Sentra Batik Sekar Buen di Waru, Kaltim, Jumat (10/5).
Ririn berharap melalui rombongan wartawan dan para konten kreator peserta Familiarization Trip (Famtrip) Paradise of The East yang ia boyong dari Samarinda ke sentra batik ini, bisa membantu mempromosikan ke segala penjuru tentang mutu dan keunggulan, meskipun saat ini Batik Sekar Buen sudah banyak peminatnya.
Ke depan juga diharapkan bisa memasarkan lebih luas lagi agar diketahui banyak orang, misalnya dengan berkolaborasi dengan pihak terkait maupun swasta seperti dengan memasang, spanduk, bener dan model lain sebagai iklan agar memiliki jangkauan lebih luas.
Sementara Yuni Nurhayati Aka, pengelola Batik Sekar Buen yang juga Sekretaris Desa Bangun Mulya mengatakan, Batik Sekar Buen memiliki banyak peluang bagi orang-orang produktif seperti warga Bangun Mulya, karena mulai tahun ini akan banyak warga yang tinggal di IKN.
Ini karena batik yang diproduksi di Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU) ini memiliki ciri khas dan motif tersendiri ketimbang batik daerah lain, seperti motif rusa sumbar yang menjadi ikon Kabupaten PPU.
"Banyaknya motif yang diproduksi, karena dari berbagai perajin batik yang selalu berinovasi. Tidak hanya monoton motif rusa sambar, tetapi ada motif tanduk rusa, bunga, mangrove, fauna khas Kalimantan yaitu burung enggang, dan masih banyak lagi," Kata Yuni.
Batik Sekar Buen sudah memiliki pangsa pasar dan banyak peminat baik secara perorangan maupun kelompok seperti pemesan dari Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (DPMD), Dinas Perpustakaan dan Arsip, bahkan ada juga dari guru-guru SMP di PPU.
"Produknya pun tidak hanya untuk lokal dan nasional, tapi juga sudah diekspor ke sejumlah negara. Jumlah perajin di sini hanya 12 yang aktif, tetapi jika banyak yang memesan maka akan ditarik sembilan perajin lain untuk membantu, sehingga kami tetap bisa melayani permintaan pelanggan," katanya.
Untuk harga, katanya, tentu berbeda tiap lembar, seperti untuk batik tulis dijual mulai harga Rp250 ribu untuk batik biasa hingga Rp2,6 juta untuk batik prada atau batik emas.
"Harga batik tulis lebih mahal dari yang lain karena pembuatannya lebih khusus dan membutuhkan waktu cukup lama hingga 1-3 minggu, tergantung pada tingkat kesulitan. Batik yang dibuat pun sudah dilakukan kerja sama dengan desainer dari luar untuk menciptakan motif yang baik dan unik," katanya.
Kemudian untuk mendukung program pemerintah dalam transaksi digital atau pembayaran non-tunai, pihaknya sudah menggunakan QRIS, sehingga bisa mempermudah pelanggan untuk membeli, karena penggunaan QRIS sudah menjadi gaya hidup.
Ia menuturkan, para perajin batik ini awalnya memulai memproduksi batik dengan menumpang di Kantor Desa Bangun Mulya, kemudian secara perlahan dibangun rumah produksi dengan nama "Galeri Sekar Buen Batik Tulis Kontemporer" sehingga mereka bisa lebih leluasa karena memiliki tempat sendiri.
"Keberadaan galeri batik ini diharapkan bisa membuka lapangan pekerjaan terutama bagi warga setempat dan tentu menjadi kampung wisata batik, karena batik di sini mempunyai corak dan khas yang tidak dimiliki kampung lain," kata Andi Wati, Kepala Dinas Pariwisata PPU yang hadir di kunjungan tersebut.