Samarinda (ANTARA) - Pemerintah Kota Samarinda, Kalimantan Timur, berkomitmen untuk mempertahankan identitas lokal pada proyek revitalisasi kawasan pusat perbelanjaan Citra Niaga.
Walikota Samarinda, Andi Harun, mengatakan program revitalisasi Citra Niaga ini dilakukan untuk meningkatkan daya tarik dan mengubahnya menjadi pusat belanja dan kuliner modern ramah lingkungan.
"Untuk menambah daya tarik pengunjung kami hadirkan motif keramik lokal khas Kalimantan, terutama motif ulap doyo. Langkah ini tidak hanya memperindah kawasan, tetapi juga mempertahankan identitas lokal yang khas," kata Andi Harun di Samarinda, Sabtu.
Upaya pemkot Samarinda untuk menghidupkan kembali kawasan Citra Niaga yang telah menjadi ikon Kota dan pernah memperoleh penghargaan internasional Aga Khan Award for Arcitecture (AKAA) pada tahun 1989 itu dilakukan dalam dua tahap.
Revitalisasi tahap pertama telah dilaksanakan mulai akhir tahun 2023 dan akan selesai pada akhir Januari 2024 dengan alokasi anggaran sebesar Rp4,8 miliar, sedangkan tahap kedua dilaksanakan setelah pengerjaan tahap pertama rampung dan dialokasikan anggaran sebesar Rp4,8 miliar, Sehingga total anggaran yang disiapkan sebesar Rp9,6 miliar.
Saat meninjau lokasi pengerjaan proyek, Andi Harun meminta agar di kawasan Citra Niaga juga tidak ada lagi kabel yang di luar tapi akan ditanam di bawah tanah untuk mengurangi risiko dan memberikan kesan kawasan yang rapi.
"Tiang listrik di sebelah sana sudah selesai, dan yang ke arah jalan ini tinggal dikerjakan saja. PLN meminta setelah tahun baru ini akan ditanam di bawah tanah untuk meningkatkan keamanan," ucapnya.
Untuk menjaga keamanan para pengunjung ketika kawasan tersebut sudah selesai pihaknya belum bisa memastikan sistem keamanannya karena pengerjaan fisiknya nanti, bagian manajemen perlu polisi, Satpol PP.
"Pemerintah pasti akan menyiapkan manajemen pengelola yang menjamin keamanan dan kenyamanan pengunjung di kawasan Citra Niaga," kata Andi Harun.
Citra Niaga merupakan kawasan pusat perdagangan di Kota Samarinda, Kalimantan Timur, dengan luas sekitar 2,7 hektare yang dirancang untuk menyediakan tempat usaha bagi pedagang kecil (60%) serta pedagang besar dan menengah (40%).
Pembangunan tahap pertama Citra Niaga dimulai pada September tahun 1985, dengan PT.Pandurata Indah sebagai pengembangan.
Pada tahap ke 3 pembangunan Citra Niaga menghabiskan USD6,18 juta atau sekitar Rp3,9 miliar saat itu. Jika mengikuti kurs sekarang nilainya sebesar Rp. 86, 52 Miliar.
Sesuai konsepnya, Citra Niaga diperuntukkan bagi semua pelaku bisnis. Di mana pedagang yang bermodal besar menempati ruko, penjual menengah di kios, dan pedagang kaki lima di petak.
Luas kawasan ruko 16.870 meter persegi sedangkan lahan petak dan kios 1.443 meter persegi. Untuk petak tempat usaha berukuran 2x3 meter persegi, berangka kayu, dan beratap sirap kayu ulin. Sedangkan kios tak lain bangunan berukuran 3x3 meter persegi.*