“Tema dekorasi Katedral beberapa tahun ini mengusung tema cinta Tanah Air. Bagaimana kita mengangkat budaya kita. Kebetulan tahun ini adalah perpindahan ibu kota Jakarta ke IKN sehingga kami sedikit mengambil tema itu,” katanya di Gereja Katedral Jakarta, Minggu.
Susy menjelaskan hal tersebut terlihat dari banyaknya patung-patung di Gereja Katedral Jakarta yang dibalut dengan pakaian-pakaian adat asal Betawi dan Kalimantan khususnya Suku Dayak Kalimantan Timur.
Baca juga: Arus penumpang di Bandara APT Pranoto meningkat jelang Nataru
Selain itu di Gereja Katedral Jakarta juga terdapat gambar-gambar rumah adat Betawi yaitu Rumah Kebaya atau Rumah Bapang dan rumah adat Suku Dayak yaitu Rumah Lamin.
Pemilihan adat Betawi karena saat ini ibu kota Indonesia berada di Jakarta, sedangkan Kalimantan Timur (Kaltim) dipilih karena ibu kota akan berpindah ke IKN yang terletak di Kabupaten Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur.
Susy menuturkan untuk patung-patung yang ada di Gereja Katedral Jakarta sendiri merupakan pahatan karya anak bangsa yakni dari Jepara, Jawa Tengah.
Selain itu Gereja Katedral Jakarta turut mengutamakan dekorasi berkonsep eco green yang terlihat dari penggunaan bahan daur ulang sebagai penutup pohon Natal setinggi delapan meter.
“Pohon Natal setinggi delapan meter ditutup seperti menjadi cemara itu dari bahan daur ulang. Jadi pengumpulan tutup botol minuman dicacah dan dibuat lembaran,” katanya.
Tak hanya itu Gereja Katedral Jakarta juga mendukung upaya penyelamatan lingkungan dengan adanya penggunaan solar panel yang sudah hampir 30 persen untuk menggantikan listrik.
Susy mengatakan upaya ini dilakukan seiring dengan pesan Paus Fransiskus yakni membuat bumi menjadi rumah bersama sehingga krisis iklim harus disikapi dengan baik.
“Beliau juga mengeluarkan imbauan untuk krisis iklim saat ini penting bagi kita menyikapi. Bagaimana harusnya kita menjadikan bumi lebih baik. Pesan itu digaungkan oleh Gereja Katedral,” katanya.