Jakarta (ANTARA) - Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) mulai berbenah dari segala macam aspek sepak bola mulai dari pengembangan pemain muda, kompetisi liga lalu infrastruktur dan tak terkecuali wasit.
Untuk urusan pengadil di atas lapangan, PSSI telah mengadakan kerjasama khusus dengan Japan Football Asociation (JFA) dalam pembinaan dan pengembangan wasit secara berkelanjutan.
Baru-baru ini bentuk kerjasama antara PSSI dengan Japan Football Association (JFA) yaitu proses seleksi wasit untuk tiga kasta kompetisi Liga Indonesia musim 2023/2024.
JFA yang mengirimkan Yoshimi Ogawa (member of Japan Football Association Referee Committee) dan Toshiyuki Nagi (JFA Referee Instructor and JFA Top Amateur Referees Manager) yang bertindak sebagai instruktur dan pengawas.
Seleksi dilakukan mulai tanggal 15 hingga 16 Juni, Seleksi wasit dan asisten wasit untuk kompetisi di tiga kasta Liga Indonesia pada tahun 2023/2024 melalui tiga tahap tes, yakni Fitness Test FIFA Kategori 2, Video Test, LOTG Tes.
Proses seleksi itu diikuti 161 wasit dan 2 asisten wasit berlisensi FIFA, lalu 1 wasit berlisensi AFC Elite Referee. Dari 55 wasit Liga 1 2022/2023 yang ikut serta dalam tes, terdapat 27 wasit lulus tes, ditambah 1 wasit AFC Elite Referee. Dimana 18 peringkat teratas memenuhi kuota Liga 1, sisanya akan bertugas di kursi kuota Liga 2 pada peringkat 15-24.
Namun demi memberikan jaminan bagi sang pengadil agar tetap berdiri adil tanpa adanya intervensi ataupun main suap di luar lapangan maka PSSI telah mengantisipasi dengan memberdayakan wasit maupun industri sepak bola Indonesia sendiri ke arah yang sehat.
Jaminan untuk sang pengadil
PSSI kini memberlakukan wasit layaknya sebagai sebuah profesi pada umumnya dengan memberikan jaminan kesehatan dan kesejahteraan yang diberikan untuk melindungi dari resiko kerja seperti kematian, kecelakaan dan kesejahteraan hari tua.
Pada April lalu, PSSI meneken kerjasama dengan BPJS Ketenagakerjaan (BP Jamsostek) untuk memberikan perlindungan kepada 353 wasit yang terdaftar.
Melalui kerjasama itu, perlindungan kepada wasit diberikan oleh BPJS Ketenagakerjaan ke dalam dua program yaitu Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) dan Jaminan Kematian (JKM).
Dengan terjalinnya kerjasama antara PSSI dan BPJS Ketenagakerjaan maka seandainya seorang wasit mengalami kecelakaan kerja saat memimpin pertandingan di atas lapangan, BPJS Ketenagakerjaan akan menanggung seluruh biaya perawatan sampai pulih.
Lalu selama masa perawatan dan pemulihan, wasit belum dapat bekerja turun ke lapangan, maka BPJS Ketenagakerjaan akan memberikan bayaran sebesar 100 persen dari upah selama setahun dan selanjutnya 50 persen hingga sembuh.
Selain telah mengakomodir jaminan untuk para wasit, PSSI baru-baru ini juga telah mengupayakan kesejahteraan kepada wasit dengan memberikan penugasan di lapangan secara merata.
"Dengan sering meniup (ditugaskan di lapangan), maka pendapatan akan bertambah dan otomatis kesejahteraan naik sehingga akan sulit diintervensi. Selain ini, kami juga memperhatikan hal-hal lain, seperti BPJS Ketenagakerjaan demi jaminan kesehatan dan rasa aman saat bertugas. Wasit akan kami jaga dan perhatikan karena ini penting untuk mengurangi polemik seperti yang terjadi di masa lalu," kata Erick Thohir dalam konferensi pers di GBK Arena, Jakarta, Kamis.
Dalam satu musim di Liga 1, wasit dapat memperoleh 17 kali tugas untuk menjadi pengadil di atas lapangan. Jumlah tersebut melebihi rencana dari PSSI sebelumnya yang ditargetkan dalam satu musim para wasit menerima tugas sebanyak 15 kali.
Untuk di Liga 2, wasit dapat jatah tugas di lapangan sebanyak 14 kali dalam satu musim. Lebih sedikit dibandingkan dengan wasit Liga 1. Namun Ketua Umum PSSI Erick Thohir menyampaikan juga akan memberikan insentif lain untuk menunjang performa wasit di dalam lapangan.
Target ke depan
Liga 1 akan menggunakan Video Assiten Referee (VAR) atau teknologi asisten wasit berbasis video pada pertengahan musim 2023/2024 atau diperkirakan pada bulan Februari 2024 mendatang.
Penggunaan VAR tentunya memerlukan sumber daya manusia (SDM) dari wasit selaku operator teknologi yang harus menjalani proses pembelajaran cepat yang bakal berjalan selama 6-7 bulan.
PT Liga Indonesia Baru (LIB) telah meneken memorandum of understanding (MoU) dengan Asosiasi Sepak Bola Jepang (JFA) untuk mengadakan pelatihan dan lisensi untuk wasit Indonesia agar dapat mengoperasikan VAR.
Dalam tahap awal pelatihan dan lisensi, Komite Wasit menyiapkan 30 wasit dan asisten wasit VAR serta 27 replay operator yang ikut dalam pelatihan tersebut.
Peningkatan kinerja wasit akan berkesinambungan dengan meningkatnya mutu dari liga atau kompetisi itu sendiri. Hal ini sesuai dengan misi yang dicanangkan oleh PSSI untuk menjadikan Liga Indonesia berada di peringkat satu ASEAN.
Kedepannya PSSI juga akan memberikan dorongan kepada wasit-wasit Indonesia untuk menjadi pengadil lapangan di ajang ataupun kompetisi sepak bola yang berskala multinasional.
"Kalau bicara kualitas wasit harus standar Asia dulu. Nanti pelan-pelan (pembinaan jangka panjang) bisa meloloskan wasit ke Piala Dunia. Atau di kejuaraan sepak bola internasional lain. Tapi kembali lagi yang namanya membangun perwasitan ataupun timnas, itu perlu waktu jangka panjang," kata Ketua Umum PSSI Erick Thohir mengenai pengembangan wasit di Indonesia ke depannya.
Dengan diberikannya jaminan yang "adil" untuk pengadil lapangan, tentu jutaan pasang mata pencinta sepak bola Indonesia berharap dapat melihat kualitas pertandingan yang terhindar dari kesalahan pengambilan keputusan yang ditunjukkan oleh wasit.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Jaminan adil untuk para pengadil di atas lapangan