Samarinda (ANTARA) - Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Kalimantan Timur (Kaltim) Ricky Perdana Gozali menyebutkan, BI menargetkan sedikitnya 15 juta pengguna Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS) secara nasional, dan 200 ribu lebih di Kaltim.
"Untuk 200 ribu ini pemakai tahun 2022 kami sudah melakukan strategi ke semua wilayah Kaltim, sehingga kami pilih di Samarinda dan di kabupaten lainnya," kata Ricky di Samarinda, Rabu.
Pasar Merdeka di Jalan Merdeka, Sungai pinang menjadi pasar pertama di Samarinda menggunakan sistem pembayaran nontunai (cash less).
Hal tersebut ditandai dengan peluncuran penggunaan aplikasi Sehat, Inovasi, dan Aman Pakai (SIAP) Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS) oleh Wali Kota Samarinda Dr H Andi Harun yang dirangkai dengan pemberian Program Sosial Bank Indonesia (PSBI) pada Rabu, (22/12).
Aplikasi QRIS sebelumnya telah digunakan oleh 111 pedagang dari total 179 pedagang di Pasar Merdeka Samarinda sebelum dilaksanakan peluncuran secara resmi di Big Mall Samarinda pada Senin, (9/5).
"Di Samarinda ada tiga yang kemarin sudah dilaunching (Pasar Palaran, Pasar Lok Bahu dan Big Mall), kemudian nanti empat lainnya di kabupaten lain supaya di Kaltim bisa kita jangkau semua," jelasnya.
Ricky mengaku, target dari pemerintah yakni pada lima tahun ke depan semua transaksi sudah bisa dilakukan secara digitalisasi.
Ia menambahkan, BI akan terus mendorong penggunaan QRIS yang akan menekan transaksi tunai dan mengubahnya menjadi transaksi nontunai. Dengan begitu, masyarakat sudah bisa melakukan transaksi cukup dengan menggunakan handphone.
Kepala Perwakilan BI yang baru saja dilantik menggantikan Tutuk SH Cahyo tersebut mengungkapkan salah satu masalah atau kendala pada digitalisasi adalah jaringan.
"Jadi kami Bank Indonesia, begitu juga dengan pemerintah dan lembaga terkait sudah melakukan kerja sama dan peningkatan untuk jaringan ini supaya sejalan dan bisa mendukung konsep strategi digitalisasi ini," pungkasnya.