Samarinda (ANTARA) - Kepala Badan Kependudukan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) RI Hasto Wardoyo menyatakan usulan penambahan Penyuluh Keluarga Berencana (PKB/PLKB) sebanyak 4.000 orang telah disetujui Presiden Joko Widodo.
“Kami sudah meminta kepada Presiden supaya agar ditambah penyuluh KB dan Alhamdulillah disetujui sebanyak 4.000, biasanya oleh pemerintah ditambah hanya 800 pertahunnya untuk 514 kabupaten,” katanya saat melakukan pertemuan dengan sejumlah PKB/PLK Samarinda dan Kutai Kartanegara, di Kantor Perwakilan BKKBN Kaltim Rabu (20/10/2021).
Ia mengatakan dengan jumlah tersebut juga masih kurang banyak, seperti halnya di Kabupaten Kutai Kartanegara jumlah desa nya mencapai 230 sekian, tapi penyuluh KB nya cuma 46, itu masih kurang sekali.
Lanjut Hasto Wardoyo hal tersebut yang harus didengar dan diusahakan rekrutmen melalui Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (P3K). Oleh karena itu ia juga berusaha untuk bertemu kepala daerah supaya daerah juga mendukung tenaga dari daerah.
“Idealnya satu penyuluh menangani satu desa, tapi seperti di Kabupaten Kutai Kartanegara hanya ada 46 PNS untuk 230 desa. Bisa dibanyangkan satu penyuluh menangani enam desa, apalagi letak desanya jauh-jauh, hal itu yang menjadi kendala,” jelasnya.
Hasto Wardoyo juga menambahkan dalam waktu dekat BKKBN RI juga akan merekrut pendamping keluarga, satu desa tiga pendamping, meskipun tidak digaji rutin tapi operasionalnya diberikan.
Sementara itu, Kepala Perwakilan BKKBN Kaltim Muhammad Edi Muin membenarkan jumlah penyuluh KB di Kaltim masih sangat kurang. Perbandingannya 1 : 4, dimana satu penyuluh bisa menangani empat desa bahkan bisa lebih.
“Jadi sangat kekurangan tenaga penyuluh. Satu penyuluh bisa menangani empat hingga lima desa dan ini tentu tidak efektif, tetapi dalam pencapaiannya masih cukup baik karena dibantu para kader kita di lapangan,” kata Edi Muin.
Dalam pertemuan tersebut Hasto Wardoyo sempat menceritakan bahwa dirinya pernah bertugas di Provinsi Kaltim tepatnya di wilayah Kabupaten Kutai Kartenagara.
Kunjungan kerja ke Kaltim untuk silaturahmi dan tapak tilas, kangen karena dirinya pernah bertugas di pedalaman Kaltim selama lima tahun.
“Kaltim adalah sebagai tumpah darah saya, karena riil menjadi dokter di Kaltim, riil bekerja pertama kali di Kaltim, riil menghidupi diri dan keluarga di Kaltim, sehingga Kaltim saya anggap tempat kelahiran saya kedua,” ucap Hasto Wardoyo.