Balikpapan (ANTARA Kaltim) - Total Exploration and Production (E&P) Indonesie menargetkan mengeluarkan gas hingga 280 juta standar kaki kubik per hari (mmscfd) dari Lapangan South Mahakam di lepas pantai Balikpapan, Kalimantan Timur.
"Kami harap bisa tercapai di akhir tahun 2013 ini," kata Vice President Finance, Human Resources, Communication, and General Services Total EP Indonesie Arividya Novianto, di Balikpapan, akhir pekan lalu.
Jumlah tersebut sama dengan 69.000 barel setara minyak (barrel oil equivalen/bod) dan termasuk di dalamnya 18.000 barel per hari kondensat (minyak yang bercampur gas).
Lapangan itu diresmikan oleh Gubernur Kalimantan Timur Awang Faroek Ishak dan Kepala Satuan Kerja Khusus Minyak dan Gas (SKK Migas) Rudi Rubiandini di terminal pengolahan minyak dan gas Senipah, Samboja, Kutai Kartanegara, pertengahan pekan lalu.
"Saat ini produksinya lebih kurang 100 mmscfd," lanjut Novianto. Produksi sejumlah itu pertama didapatkan pada Hari Sumpah Pemuda, tanggal 28 Oktober 2012 lalu.
Untuk meningkatkan produksi tersebut, secara bertahap Total Indonesie akan menambah sumur-sumur produksi baru South Mahakam, dari dua sumur sekarang menjadi 19 sumur di akhir tahun ini.
Kedua sumur ada di anjungan Main Stupa, 35 kilometer tenggara Balikpapan. Gas dari kedua sumur dialirkan dalam pipa bergaris tengah 24 inci yang dipasang di dasar laut di kedalaman 60-45 meter menuju Terminal Senipah sepanjang 67 km ke barat barat laut.
"Kami sedang mengebor lagi dengan tiga jack up rig," tambah Novianto.
Untuk pengembangan proyek ini, Total sudah menghabiskan 832 juta dolar AS. Untuk 2013, disediakan 2,3 miliar dolar AS untuk pengembangan seluruh Blok Mahakam.
Menurut President Total E&P Indonesie, Elizabeth Proust, produksi South Mahakam dimulai dua bulan lebih cepat dari jadwal. Target awal, South Mahakam mulai diproduksikan Januari 2013.
Sebelum South Mahakam, Total memulai sejarahnya di Indonesia dengan lapangan lepas pantai Bekapai tahun 1974. Saat ini dari Bekapai masih bisa dikeluarkan minyak 5.600 barrel per hari.
Pada 1975 dimulai ekploitasi dari rawa-rawa bakau di Handil di mana operasi banyak dikerjakan dari atas tongkang. Sembilan tahun kemudian, masih di rawa-rawa di Delta Mahakam, ditemukan lapangan gas Tambora (1984), disusul lapangan raksasa Tunu (1990).
Blok Mahakam masih terus diekplorasi Total. Di lepas pantai, 16 km dari Samboja di Selat Makassar ditemukan lapangan gas yang kemudian disebut Lapangan Peciko, 1999. Di depan Delta Mahakam, Total mendapatkan Sisi-Nubi (2007).
"Lapangan Stupa di South Mahakam itu kami temukan tahun 1996, dan East Mandu tahun 2007," kata Novianto.
Kontrak Total di Blok Mahakam sendiri akan berakhir pada 2017. Dengan perkiraan cadangan tersisa saat itu 8 trilion cubic feet (TCF) gas, isu pengambilalihan blok ini dari Total berkembang kuat.
Pertamina, Pemprov Kaltim, hingga Pemkab Kutai Kartanegara disebutkan akan masuk dan didorong untuk menguasai saham hingga 51 persen.
"Kami siap dengan apa pun keputusan pemerintah, walau tentu saja kami berharap peran yang lebih besar," kata Elizabeth Proust. (*)