Samarinda (ANTARA) - Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur bakal mengusulkan kembali Sultan Aji Muhammad Idris yang merupakan Sultan ke-14 dari Kesultanan Kutai Kartanegara ing Martadipura sebagai pahlawan nasional.
Wakil Gubernur Kaltim Hadi Mulyadi meminta semua pihak harus bersatu dalam menyampaikan usulan ke Pemerintah Pusat bahwa Sultan Aji Muhmmad Idris adalah calon Pahlawan Nasional, yang telah berjuang melawan VOC dari Kaltim.
Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur pernah mengusulkan Sultan Aji Muhammad Idris sebagai pahlawan nasional pada tahun 2020 kemarin bersama dengan satu tokoh Kaltim lainnya yakni Haji Abdoel Moeis Hassan, yang merupakan Gubernur Kalimantan Timur ke-2.
“Tahun ini kita usulkan kembali dan semua pihak harus bersatu terus memperjuangkan ke Jakarta dan memastikan agar Sultan Aji Muhammad Idris terpilih menjadi pahlawan nasional. Beliau lakukan adalah kepahlawanan dan itu harus diakui secara de facto,” kata Hadi Mulyadi saat membuka seminar calon pahlwan nasional Sultan Aji Muhmaad Idris, pemersatu bangsa, konsisten melawan VOC untuk mewujudkan visi Kesultanan Kutai Kartanegara, yang dilaksanakan oleh Dinas Sosial Provinsi Kaltim, secara luring dan daring di Hotel Bumi Senyiur Samarinda, Kamis.
Hadi Mulyadi mengharapkan seminar ini, menjadi salah satu sarana untuk mewujudkan Sultan Aji Muhammad Idris sebagai pahlawan Nasional dari Kaltim, walaupun sebelumnya sudah diusulkan
"Insya Allah semuanya harus berjuang agar usulan dalam tahun ini bisa berhasil, sehingga Kaltim memiliki Pahlawan Nasional," harapnya.
Selain memberikan penghargaan kepada Sultan Aji Muhammad Idris, Wagub Hadi berharap semangat kepahlawanannya harus menjadi warisan kepada seluruh generasi muda.
Ketua Panitia seminar Juraidi mengatakan seminar untuk menggagas dan mengkaji serta menulusuri peran dan perjuangan Sultan Aji Muhammad Idris dalam menghadapi kolonialisme pada zaman kesultanan di Kaltim, sehingga memenuhi syarat diusulkan sebagai pahlawan nasional.
Seminar offline diikuti 40 peserta, termasuk anggota DPR RI (Komisi VII) H Awang Faroek Ishak, peserta online 160 orang dari Gubernur Sulsel, Bupati Wajo, OPD Provinsi Kaltim, OPD Pemkab Kukar.
Seminar dimoderatori Syafruddin Pernyata dengan narasumber dari Kementerian Sosial RI Drs.Joko Irianto, Kesultanan Kukar H Aji Bambang Imran. Guru Besar Ilmu Sejarah dan Kepariwisataan Universitas Negeri Makassar Prof Andi Irma Kesuma, serta UI Jakarta Dr Didik Prajoko dan akademisi Nasihin S.S.M.A
Sementara itu, Andi Irma Kesuma dalam Silsilah Lamaddukelleng termasuk turunan ke delapan, mengatakan Kerajaan Kutai adalah kerajaan yang terbuka dan dinamis karena memiliki sungai yang cukup besar, sehingga pola perdagangan.
Dalam konteks kesejarahan nusantara di Indonesia, Kerajaan Hindu pertama adalah Kerajaan Kutai itu sendiri.
“Dan suatu mobilitas yang luar biasa ketika Sultan Aji Muhammad Idris pada abad ke XVIII dalam menghadapi Belanda dengan mengubah sistim kerajaan menjadi sistim kesultanan, dan itu menjadi kode keras bagi dunia pada waktu itu. Dimana beliau anti terhadap kolonialisme, dan anti terhadap pola perdagangan yang dilaksanakan VOC, dengan pola perdagangan monopoli,” tandasnya.
Pada waktu itu, lanjut Andi Irma Kesuma, juga kelihatan bagaimana kebesaran Sultan Aji Muhammad Idris, merangkul kerajaan-kerajaan disekitarnya.
Salah satunya Kerajaan Paser, dan itu suatu kekuatan yang beliau bangun dan memperlihatkan bagaimana integritas dan fungsi Beliau terhadap perjuangannya, serta visionernya.
“Ada pada tiga pilar pada Beliau, yakni menyambung kembali silaturahim kerajaan-kerajaan dalam satu visi yang sama dalam melawan kolonialisme. Kedua, kesultanan berdasarkan Islam, dan ketiga, bagaimana beliau melawan Belanda dan sekutunya. Dan positioning Sultan Aji Muhammad Idris merupakan positioning yang melampau batas dirinya, dan saya katakan bahwa inilah pahlawan yang sesungguhnya,” papar Andi Irma Kesuma.