Jakarta (ANTARA) - Pertemuan Menteri Energi yang tergabung dalam 20 negara dengan perekonomian terbesar (G20) menyepakati peran penting biofuel bagi transisi energi bersih.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif menghadiri pertemuan hari kedua tingkat Menteri Energi G20 secara virtual tersebut.
Arifin Tasrif dikutip dari laman Kementerian ESDM di Jakarta, Rabu, mengatakan Indonesia tengah berupaya membangun kemandirian dan kedaulatan energi nasional dengan mendorong peningkatan pemanfaatan biofuel.
Pertemuan berhasil mencapai kesepakatan Komunike Bersama Menteri Energi G20 dan menyepakati dokumen terkait Circular Carbon Economy (CCE) Platform.
Salah satu inovasi yang berhasil dilakukan adalah implementasi biodiesel 30 persen (B30) di sektor transportasi, yang diperkirakan dapat menurunkan emisi sebesar 16,9 juta ton CO2.
"Program pemanfaatan biodiesel ini menjadi bentuk nyata partisipasi aktif Indonesia dalam aksi penurunan emisi GRK global," ujar Arifin dalam pertemuan.
Selain itu, menurut dia, Indonesia juga telah menemukan katalis yang efektif dalam proses produksi fraksi atau jenis bentukan minyak bumi dengan bahan bakar minyak sawit atau green fuels di kilang Pertamina, yakni Katalis Merah Putih.
Dalam komunike bersama, Menteri Energi G20 mengakui krisis saat ini, selain berdampak langsung terhadap kesehatan, ekonomi, dan sosial, telah menyebabkan destabilisasi pasar energi global.
Mereka juga mencatat adanya efek tidak proporsional yang ditimbulkan pandemi terhadap masyarakat dan komunitas yang paling rentan dengan menggarisbawahi perlunya memastikan bahwa upaya pemulihan sektor energi tidak meninggalkan siapa pun.
Maka dari itu, para Menteri Energi G20 sepakat pentingnya kerja sama internasional dalam memastikan ketahanan sistem energi yang menguntungkan seluruh pihak.
"Kami menekankan bahwa tantangan langsung yang ditimbulkan oleh pandemi tidak menyurutkan tekad kami untuk memajukan upaya kami dengan mengeksplorasi berbagai pilihan dan memanfaatkan beragam teknologi dan bahan bakar sesuai dengan konteks nasional untuk memastikan pasokan energi yang stabil dan tidak terputus untuk mencapai pertumbuhan ekonomi," bunyi butir keempat Komunike Bersama tersebut.
Sementara pada dokumen CCE Platform, Menteri Energi G20 sepakat biofuel adalah salah satu komponen penting untuk menurunkan emisi gas rumah kaca (GRK) melalui teknologi dan inovasi atau elemen reduce serta menetralkan emisi karbon melalui proses alami dan dekomposisi atau elemen recycle.
Biofuel bersama hidrogen diyakini dapat memainkan peranan unik dalam percepatan transisi energi menuju sistem energi yang lebih bersih pada masa depan dan mendukung pertumbuhan ekonomi.
"Kami juga mencatat peranan lintas sektor bioenergi dan biofuel di antara keempat elemen dalam CCE," sebut Komunike Bersama Menteri Energi G20.
CCE Platform memiliki empat elemen yakni reduce, yakni upaya menurunkan emisi GRK dengan memanfaatkan teknologi dan inovasi.
Elemen kedua adalah reuse, yaitu penggunaan kembali emisi karbon dan menjadikannya bahak baku industri.
Selanjutnya adalah recycle, proses menetralkan emisi karbon melalui proses alami dan dekomposisi.
Elemen yang keempat adalah remove, yaitu menghapus emisi dari atmosfer serta industri berat dan fasilitas melalui penangkapan dan penyimpanan karbon.
Di akhir pertemuan, Menteri Energi G20 sepakat untuk mendorong transisi menuju energi bersih dengan berbagai opsi, teknologi dan bahan bakar yang lebih luas sesuai dengan kondisi dan situasi masing-masing negara.