Samarinda (Antaranews Kaltim) - Perekonomian di Provinsi Kalimantan Timur yang diperkirakan tumbuh 3,0-3,4 persen di akhir 2017 dan lebih baik ketimbang tahun sebelumnya, dinilai masih menyimpan beberapa risiko maupun tantangan yang perlu diwaspadai bersama.
"Di tengah pemulihan ekonomi Kaltim sekarang, kami melihat dinamika pertumbuhannya masih menyiratkan beberapa risiko dan tantangan yang perlu mendapat perhatian bersama," ucap Kepala Bank Indonesia Kantor Perwakilan Provinsi Kaltim Muhammad Nur di Samarinda, Rabu.
Di sisi global, risiko berupa pengetatan kebijakan moneter negara maju yang berpotensi memicu pembalikan modal di negara emerging, pertumbuhan ekonomi global yang tidak sekuat perkiraan, risiko memanasnya geopolitik dan gejala proteksionisme.
Risiko juga berasal dari akumulasi kerentanan sistem keuangan global, yang tercermin pada tajamnya peningkatan harga aset pasar keuangan yang tajam.
Dalam jangka panjang, risiko juga akan muncul dari perbaikan produktivitas dunia yang terbatas. Semua risiko ini berpotensi mengganggu keberlangsungan pemulihan ekonomi global.
Sementara di sisi domestik, ia melihat ekonomi belum optimal dalam merespon pemulihan ekonomi global. Peran konsumsi rumah tangga masih terbatas dan perbaikan ekspor masih belum merata.
Pada sektor riil, lanjutnya, tantangan struktural antara lain ada pada struktur ekspor Kaltim yang masih terpaku pada komoditas sumber daya alam dengan pasar ekspor yang semakin terkonsentrasi di negara tertentu.
Kemudian belum cukup kuatnya kapasitas industri Kaltim dalam memenuhi permintaan domestik maupun memanfaatkan peluang ekspor.
Tantangan lainnya adalah masih tingginya ketergantungan pada impor jasa, khususnya jasa transportasi sehingga neraca jasa selalu mengalami defisit.
Sedangkan di sektor keuangan, tantangan struktural berasal dari belum optimalnya pembiayaan domestik yang menyebabkan ketergantungan terhadap luar negeri, terutama dalam pembiayaan pembangunan serta penerimaan ekspor yang terbatas.
"Tantangan struktural yang tidak kalah pentingnya datang dari pesatnya perkembangan teknologi digital. Di satu sisi, perkembangan ini akan meningkatkan efisiensi dan produktivitas di berbagai sektor seperti di media, ritel, maupun keuangan," tutur Nur.
Di sektor keuangan, lanjut Nur lagi, teknologi digital menawarkan perluasan akses, kecepatan transaksi, dan biaya yang murah.
"Namun risiko yang timbul juga akan semakin kompleks, seperti adanya risiko pencucian uang dan kemungkinan pendanaan terorisme, cyber threat, risiko pada aspek perlindungan konsumen, serta risiko sistemik yang dapat mengganggu stabilitas sistem keuangan," ucap Nur. (*)
Pertumbuhan Ekonomi Kaltim Diwarnai Sejumlah Risiko
Rabu, 27 Desember 2017 16:48 WIB