Balikpapan (ANTARA) - Datang dari jauh tidak boleh pakai target asal tampil. Datang dari jauh targetnya harus seperti serdadu Romawi: veni, vidi, vici. Aku datang, aku lihat, aku menang.
Anak-anak Kampung Atang Pait di Kabupaten Paser, Kalimantan Timur ini adalah Sena, Alika, Aura, Ratu, Mona, dan Zakiah, usia 9–12 tahun. Mereka rela berlatih setiap hari selama satu jam di antara waktu magrib dan isya selama dua minggu penuh, sebelum tampil di panggung Indonesia Menari di Mal Pentacity Balikpapan, Ahad 12 Oktober.
“Mereka sangat bersemangat,” kata pelatih Mayang Misa Nurjannah dari M2N Dance Art, sanggar tari tempat Mona dan kawan-kawannya bergabung di Atang Pait, Long Ikis, Kabupaten Paser, lebih kurang 3 jam perjalanan mobil ke selatan Balikpapan.
Setiap gerakan yang diwajibkan dari tatanan gerak besutan Bathara Saverigadi Dewandoro, penari dan penata tari peraih emas juara PON 2024 untuk nomor tari tradisional olahraga, dilahap dengan cepat. Musik pengiring tari, yang ditata oleh Alffy Rev berupa jahitan dari delapan lagu daerah yaitu Sinanggar Tulo, Sumatera Utara; Kicir-Kicir, DKI Jakarta; Cing Cangkeling, Jawa Barat; Anging Mamiri, Sulawesi Selatan; Rek Ayo Rek, Jawa Timur; Indung-Indung, Kalimantan Timur; Si Patokaan, Sulawesi Utara; dan Rasa Sayange, Maluku, membuat Mona dan kawan-kawannya tak kenal lelah.
“Dalam usia mereka sekarang memang sedang berkembang pesat kebugaran aerobiknya,” kata Mayang.
“Kami berangkat ke Balikpapan sehari sebelumnya biar anak-anak ada waktu untuk istirahat,” timpal manajer tim Siti Kamariah, ibunda dari pelatih Mayang.
Dan bukan hanya Mona cs yang mau jadi juara. Dua ratus kilometer dari Simpang Pait, setiap malam sejak akhir September, anak-anak latih Kholifah Safitri di BEStar Samarinda pun menggeber kencang volume latihan, terutama setelah September.
“Kami latihan dari pukul delapan hingga jelang tengah malam dalam dua minggu terakhir persiapan sebelum tampil di Balikpapan,” kata Kholifah.
Padahal sepanjang hari mereka sudah beraktivitas entah sebagai ibu rumah tangga, mahasiswa, karyawan.
“Kalau punya cita-cita, keinginan, harus diperjuangkan,” tegas Kholifah.
Tentu perjuangan ada juga romantikanya. “Sehabis latihan tengah malam, semua kelaparan. Jadi semua mampir warung dan makan nasi goreng.”
Bagi penari, makan tengah malam bisa membawa rasa bersalah sebab menyalahi disiplin pola makan. Makan malam saat jelang waktu tidur itu bisa bikin berat badan naik.
“Tapi tidak apa-apalah. Toh sebelumnya semua kerja keras sampai banjir keringat latihan,” kata Kholifah.
Maka di hari penentuan itu, anak-anak M2N Atang Pait memberikan segalanya. Para penari BEStar memberikan semangat dan kegigihan mereka. Sebanyak 540 peserta dari Balikpapan dan berbagai kota Kaltim lainnya menampilkan yang terbaik yang mereka punya.
Bakda Ashar, dewan juri yang dipimpin Maria Darmaningsih, penari dan tokoh pengembangan koreografi kontemporer Indonesia mengumumkan para pemenang: runner up atau tempat kedua diraih oleh Hanasta Dancer, komunitas tari remaja dari Samarinda yang tampil dengan formasi dinamis dan ekspresi kuat. Mereka tampil di sesi pertama dengan koreografi yang menyatu dengan musik Anging Mamiri dan Si Patokaan. Mereka mendapat hadiah Rp12,5 juta.
Anak-anak SD yang mungil dari M2N Dance Art dari Kampung Atang Pait merebut tempat ketiga. Gadis-gadis usia 9–12 tahun itu tampil percaya diri, penuh semangat, dan tak gentar di tengah ratusan peserta lain. Gerakan mereka bersih, musik mereka kuasai, dan lantai atrium mal mereka taklukan. Hadiahnya uang Rp10 juta.
Dan tidak ada yang bisa mencegah BEStar Samarinda menjadi juara. Koreografi mereka rapi, ekspresif, dan tetap utuh meski salah satu anggota sempat kram usai tampil di babak penyisihan. Formasi tidak goyah. Dukungan antaranggota menjadi kekuatan utama.
“Kami tidak menyangka, yang lain juga tampil bagus-bagus,” kata Kholifah menahan haru. Matanya berkaca-kaca. BEStar berhak atas hadiah uang Rp15 juta.
Indonesia Menari 2025 di Balikpapan digelar serentak bersama 10 kota lain di Indonesia, yaitu Medan, Palembang, Jakarta, Karawang, Bekasi, Bandung, Semarang, Surabaya, Balikpapan, Makassar, dan Manado. Acara ini diikuti oleh ratusan peserta dari berbagai usia dan latar belakang, yang menari bersama di lantai atrium mal pusat perbelanjaan di kota-kota tersebut.
“Kami berterima kasih untuk atensi dan respon yang tinggi dari masyarakat Indonesia untuk mengikuti kegiatan ini,” kata Manajer Program Indonesia Kaya Billy Gamaliel semringah.*
