Tenggarong, Kaltim (ANTARA) - Penjabat Sementara (Pjs) Bupati Kutai Kartanegara (Kukar), Kalimantan Timur, Bambang Arwanto “beseprah” atau duduk bersila sambil makan bersama dengan ribuan santri setempat, setelah peringatan Hari Santri Nasional 2024.
"Beseprah” dimulai dengan pembacaan doa tolak bala dan dilanjutkan dengan makan bersama dengan ribuan santri, perwakilan dari berbagai pondok pesantren yang tersebar di Kukar, ditandai dengan pemotongan tumpeng.
"Hari Santri ini merupakan momentum bagi semua untuk mengenang dan meneladani para santri yang telah memperjuangkan dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia," kata Bambang dalam peringatan di Tenggarong tersebut, Selasa.
Pada kesempatan itu Pjs Bupati Kukar duduk bersila di bagian depan bersama para ulama dan santri senior, sementara ribuan santri lain di barisan seberang Pjs bupati dan rombongan, sambil menikmati hidangan yang disediakan.
Beberapa menit sebelumnya, dalam sambutan Menteri Agama Nasaruddin Umar yang dibacakan Bambang, dinyatakan bahwa sejarah mencatat kaum santri merupakan salah satu kelompok yang paling aktif menggelorakan perlawanan terhadap para penjajah.
Salah satu bukti perlawanan santri terhadap para penjajah pada peristiwa “Resolusi Jihad” pada 22 Oktober 1945 yang dimaklumatkan oleh Hadratus Syekh Kiai Haji Hasyim Asyari.
Dalam fatwa “Resolusi Jihad” tersebut, Hadratus Syekh Kiai Haji Hasyim Asyari menyatakan “berperang menolak dan melawan penjajah itu fardu ain (harus dikerjakan oleh tiap orang Islam) bagi yang berada dalam jarak lingkaran 94 km dari tempat masuk dan kedudukan musuh”.
Menurutnya, sejak Resolusi Jihad dimaklumatkan, para santri dan masyarakat umum terbakar semangatnya untuk terus berjuang dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
"Mereka terus melakukan perlawanan kepada penjajah tanpa rasa takut, hingga akhirnya pecah puncak perlawanan masyarakat Indonesia pada 10 November 1945 yang diperingati sebagai Hari Pahlawan," katanya.
Menurutnya, Resolusi Jihad 22 Oktober 1945 tidak bisa dipisahkan dengan peristiwa 10 November 1945, karena tanpa adanya peristiwa Resolusi Jihad, belum tentu terjadi peristiwa 10 November.