Kepala Dinas Kesehatan Kalimantan Timur, Jaya Mualimin, mengungkapkan bahwa temuan kasus tuberkulosis (TBC) di wilayah ini mencapai angka 811 orang pada Januari 2024.
"Setelah kasus TBC ditemukan, kami langsung melakukan pengobatan dengan obat-obatan khusus TBC dan melakukan evaluasi untuk memastikan pasien dapat sembuh sepenuhnya," ujarnya di Samarinda, Rabu.
Dikemukakannya, dengan target penemuan kasus bulanan sebanyak 1.808, maka temuan kasus TBC di Januari 2024 menunjukkan bahwa masih ada perjuangan panjang yang harus dilalui.
Menurut dia, daerah-daerah yang berisiko tinggi terhadap penyebaran TBC, berada di wilayah dengan penduduk padat, seperti Samarinda, Balikpapan, dan Kutai Kartanegara. Sementara wilayah dengan kasus terendah terletak di Kabupaten Mahakam Ulu dan Kutai Barat.
"Dari total kasus yang tercatat di awal tahun, 786 pasien telah menjalani pengobatan, dengan 134 di antaranya dinyatakan sembuh, Ini menandakan tingkat keberhasilan pengobatan (treatment success rate) saat ini berada pada angka 77,5 persen, sementara meningkat dari tahun sebelumnya yang berada di angka 74 persen," katanya.
Dijelaskan Jaya, faktor risiko TBC di masyarakat antara lain adalah kondisi lingkungan yang lembab dan kurang sehat, serta rendahnya kekebalan tubuh yang bisa muncul akibat penyakit lain seperti HIV atau malnutrisi.
Untuk menekan angka kasus TBC, Dinkes Kaltim terus melakukan sinergi lintas dinas, seperti Dinas Lingkungan Hidup, Dinas Sosial, Dinas Pekerjaan Umum, Penataan Ruang dan Perumahan Rakyat. Hal itu mengingat Indonesia merupakan negara dengan kasus TBC terbanyak kedua di dunia setelah India.
"Pemerintah daerah akan mengusulkan agar penurunan angka TBC dan peningkatan cakupan pengobatan menjadi indikator pembangunan daerah," imbuh Jaya.
Dinkes Kaltim berkomitmen untuk meningkatkan akses pengobatan dan memastikan bahwa setiap kasus TBC dapat ditangani dengan baik, sebagai bagian dari upaya global untuk mengakhiri TBC.
Ia menambahkan, penguatan jejaring dan keterlibatan lintas sektor, program, swasta, dan pemerintah juga dilakukan melalui pembentukan KOPI TB Provinsi di tahun 2019, dan pembentukan District Public Private Mix (DPPM) di sepuluh kabupaten/kota.
"Kami juga melakukan kegiatan penemuan aktif TB di populasi berisiko seperti Rutan/Lapas, kontak erat kasus TB yang dilakukan secara rutin dengan keterlibatan LSM dan peran serta masyarakat," tuturnya.
Jaya berharap, dengan upaya-upaya tersebut, penemuan dan pengobatan kasus TBC di Kaltim dapat meningkat dan mencapai target nasional maupun global.