Samarinda (ANTARA Kaltim) - Kondisi perubahan hutan di Kalimantan Timur memang sudah sangat memprihatinkan. Perombakan dengan alasan perluasan kelapa sawit hingga pembalakan kayu hampir tidak terbendung. Akibatnya sejumlah hewan dan tumbuhan kehilangan habitatnya. Hal yang hingga saat ini menjadi perhatian dunia adalah semakin berkurangnya jumlah orangutan, satwa khas Kalimantan.
Kondisi tersebut mengundang keprihatinan Anggota Komisi IV DPRD Kaltim Mudiyat Noor. Ia mengatakan jika tidak ada pengaturan yang baik dan perubahan hutan terus dilakukan maka bukan tidak mungkin sepuluh tahun kedepan orangutan akan punah.
“Masih ingat di benak kita dua tahun silam Kaltim dihebohkan dengan pembunuhan sejumlah orangutan dengan alasan menjadi hama perkebunan kelapa sawit. Mungkin saja kasus semacam itu sudah tidak ada lagi. Akan tetapi masalah sebenarnya adalah rusaknya habitat merupakan ancaman bagi kelangsungan hidup orangutan,†ucap Mudiyat.
Data dari BBC Indonesia, paling tidak 750 ekor orangutan diperkirakan mati dibunuh selama 2008-2009. Survei yang dilakukan dengan mewawancarai 6.983 orang di 687 desa di tiga provinsi Kalimantan itu melaporkan bahwa di 2011 warga di banyak desa Kalimantan membunuh setidaknya 750 ekor orangutan dalam setahun.
“Kenapa masalah orangutan ini sangat penting karena memang jika sampai terjadi kepunahan sangat jelas menggambarkan betapa rakusnya manusia hanya untuk mencari lembaran rupiah tanpa memperhitungkan akibat rusaknya ekosistem hutan bagi kelangsungan anak cucu dimasa depan,†kata Mudiyat.
Untuk itu kata Mudiyat, sangat penting bagi pemerintah provinsi dan seluruh kabupaten/kota agar bersama-sama membangun komitmen terutama kepada seluruh perusahaan sawit guna tetap menjaga keberlangsungan orangutan di Kaltim.
“Pemerintah bisa melakukan komitmen mulai sebelum pemberian izin dan bisa melakukan cek lapangan secara berkala dengan melibatkan dinas terkait sebab aturan tanpa pengawasan tidak akan efektif,â€pungkas Mudiyat. (Humas DPRD Kaltim/adv/bar/met)
Prihatin Orangutan Terancam Punah
Kamis, 24 April 2014 22:04 WIB