Jakarta (ANTARA) - Praktisi kesehatan masyarakat, Spesialis Dermatologi, Venereologi, dan Estetika dr Adi Satriyo mengimbau masyarakat untuk melakukan hubungan seks dengan pasangan sah saja, dan tidak berganti-ganti pasangan guna menghindari penularan cacar monyet atau monkey pox.
"Hindari hubungan seksual yang berisiko," tegasnya dalam gelar wicara terkait Cacar Monyet yang diikuti secara daring di Jakarta, Senin.
Adi mengatakan hubungan seks yang berisiko seperti hubungan dengan berganti-ganti pasangan, serta hubungan sesama jenis meningkatkan peluang penularan virus cacar monyet.
Selain itu, Dokter yang berpraktik di RSUP Persahabatan, Jakarta itu menyebutkan kontak antara kulit dengan kulit, serta penularan virus melalui benda mati juga harus diwaspadai oleh masyarakat sebagai bentuk penularan virus cacar monyet.
Baca juga: Kemenkes sebut 6 kasus cacar monyet diderita penyandang biseksual
"Mayoritas (virus cacar monyet) ditularkan melalui hubungan seks, tapi juga tidak menutup kemungkinan adanya penularan melalui kontak fisik yang erat. Mereka juga bisa menular melalui benda mati di sekitar pasien," ujarnya.
Cacar monyet, jelas Adi, memiliki ciri umum yang menimbulkan ruam dan lesi lepuh berisi air atau nanah pada kulit. Dalam kasus penularannya melalui hubungan seksual, lesi yang ditimbulkan biasanya berada tidak jauh dari organ genital, anus, atau mulut.
Selain itu, sambungnya, cacar monyet memiliki ciri khusus, yakni pembengkakan kelenjar getah bening.
Terkait hal tersebut, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI melaporkan sebanyak enam kasus cacar monyet di Jakarta diidap oleh orang dengan HIV (ODHIV) dan memiliki orientasi biseksual.
Baca juga: Kemenkes pastikan ada satu kasus baru cacar monyet Indonesia
"Dari hasil penelusuran diketahui enam pasien cacar monyet merupakan ODHIV dan memiliki orientasi biseksual," kata Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Maxi Rein Rondonuwu dalam keterangan terpisah.
Menyikapi kasus tersebut, Kemenkes RI melakukan upaya penanggulangan cacar monyet berupa surveilans, terapeutik dan vaksinasi.
"Kriteria penerima vaksin adalah laki-laki yang dalam dua minggu terakhir melakukan hubungan seksual berisiko dengan sesama jenis dengan atau tanpa status ODHIV," ujarnya.
Vaksinasi mpox rencananya akan dilaksanakan mulai 24 Oktober 2023 dengan jumlah sasaran sekitar 447 orang di Klinik Carlo serta puskesmas yang berada di wilayah Jakarta Selatan, Jakarta Pusat, Jakarta Timur dan Jakarta Barat.