Jakarta (ANTARA) - Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) RI Komjen Pol. Rycko Amelza Dahniel mengingatkan bahwa radikalisasi online atau daring kerap kali menyasar remaja, anak-anak, dan perempuan sehingga perlu untuk diwaspadai.
Kemajuan teknologi, kata Rycko, mendorong semakin masifnya radikalisasi daring yang membuka jalan untuk lahirnya aksi lone-wolf atau serigala penyendiri, yakni sebuah aksi terorisme yang dilakukan sendirian tanpa dukungan organisasi tertentu.
“Berdasarkan hasil penelitian I-Khub Outlook BNPT 2023 menunjukkan bahwa tiga kelompok rentan, yaitu remaja, anak, dan perempuan menjadi sasaran utama pola ini. Ini kita harus waspadai bersama,” kata Rycko sebagaimana keterangan tertulis diterima di Jakarta, Senin.
Ia mengatakan fenomena tersebut dapat ditangani dengan cara terus membangun kesadaran publik secara bersama-sama melalui kontra radikalisasi di dunia digital.
Tujuannya, kata dia, adalah untuk menciptakan ketahanan diri di ranah publik sehingga terhindar dari ajaran-ajaran yang bertentangan dengan ideologi bangsa.
Kendati berada di tengah bahaya fenomena tersebut, Rycko menyebut Indonesia mengalami peningkatan tren toleransi. Peningkatan tren toleransi tersebut disebabkan menurunnya jumlah kelompok intoleran pasif sesuai data Setara Institute 2023.
"Angka ini (nilai toleransi) meningkat disebabkan karena menyusutnya kelompok intoleran pasif yang pada tahun 2016 sebesar 35,7 persen menjadi 22,4 persen di tahun 2023,” ujarnya.
Dia mengingatkan seluruh lapisan masyarakat untuk tetap waspada terhadap perubahan-perubahan strategi yang dilakukan kelompok radikal intoleran, khususnya generasi muda agar dapat membangun Indonesia yang aman, damai, dan harmoni.
Ia menyampaikan pesan tersebut pada kegiatan silaturahim dengan masyarakat dan pelajar Indonesia di Melbourne, Australia, Sabtu (16/9).
Dalam lawatannya itu, Rycko beserta jajaran diterima Konsul Jenderal RI Kuncoro Waseso di Kantor Konsulat Jenderal RI, Melbourne, Australia.