Samarinda (ANTARA Kaltim) - Angka golput atau warga yang tidak menggunakan hak pilihnya pada Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Kalimantan Timur 2013-2018 diperkirakan mencapai 45,29 persen.
Direktur Citra Publik Indonesia (CPI), Hanggoro CP, pada konferensi pers Perkiraan Hasil Akhir Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Kaltim, di Samarinda, Selasa, menyatakan, angka golput itu diperoleh berdasarkan tingkat partisipasi pemilih melalui "quick count" atau hitung cepat yang dilakukan Lingkaran Survei Indonesia bersama Citra Publik Indonesia.
"Berdasarkan hasil `quick count` hingga pukul 15. 47 WITA dengan data sampel yang sudah masuk mencapai 98,33 persen, tingkat partisipasi pemilih pada Pilgub Kaltim 2013 hanya 54,71 persen atau terdapat 45, 29 persen dari 2.793.729 pemilih yang tidak menggunakan hak pilihnya," ungkap Hanggoro CP.
Tingginya angka golput pada pemilihan Gubenur dan Wakil Gubernur Kaltim 2013-2018 kata Hanggoro CP itu disebabkan dua hal yakni, faktor teknis dan nonteknis.
"Tingginya angka golput itu disebabkan faktor teknis dan noteknis. Bisa jadi, pemungutan suara pada Selasa yang ditetapkan sebagai hari libur menyebabkan prilaku masyarakat yang menganggap sebagai libur panjang sebab mulai sabtu, Minggu dan Senin sebagai hari terjepit," katanya.
"Pada pilkada di kabupaten/kota di Kaltim yang kami ikuti, tren pemilih malah menurun jika pemungutan suara itu ditetapkan pada hari kerja yang diliburkan. Seperti pada pilkada di Kabupaten Kutai Timur, golputnya malah semakin tinggi karena libur pada hari kerja dan banyak pemilih justru berlibur ke kota lain sehingga tidak menggunakan hak pilihnya," ungkap Hanggoro CP.
Sementara, faktor teknisnya lanjut dia yakni, kurang proaktifnya penyelenggaran pemilu untuk merangsang atau memberikan pemahaman kepada masyarakat agar menggunakan hak pilihnya.
"Harus ada alasan mengapa ia harus memilih di TPS dan harus disadarkan bahwa masyarakatlah sebagai penentu pembangunan dan saya rasa ini yang harus ditekankan oleh penyelenggara pemilu bahwa keterlibatan masyarakat itu penting dalam proses pilkada," ujar Hanggoro CP.
Untuk meningkatkan partisipasi masyarakat menggunakan hak pilihnya, katanya, penyelenggara pemilu tidak hanya memberikan pandangan melalui publikasi proses pilkada tetapi perlu adanya pendidikan kepada pemilih agar masyarakat semakin banyak berpartisipasi dalam pemilu.
"Kalau di wilayah perdesaan, mungkin alasan pemilih tidak datang karena jarak dari rumah ke TPS cukup jauh namun itu tidak terlalu signifikan. Justru, kecenderungan angka golput di perkotaan jauh lebih tinggi karena merupakan tren nasional yang kecenderungannya lebih apatis dan tidak hanya terjadi di Kaltim. Saya rasa, ini yang menjadi pekerjaan rumah bagi penyelenggara pemilu," katanya. (*)
Angka Golput Pilgub Kaltim Capai 45,29 Persen
Selasa, 10 September 2013 18:09 WIB