Balikpapan (ANTARA) - Pais patin alias pepes ikan patin ternyata bukan hanya nama masakan. PT Pertamina Hulu Mahakam (PHM) menjadikannya nama program tanggung jawab sosial perusahaan di wilayah kerjanya di delta Sungai Mahakam, Kalimantan Timur.
“Kepanjangannya Program Pemberdayaan Masyarakat Sejahtera Sepatin,” kata General Manager (GM) PHM Krisna memulai percakapannya, pekan lalu.
Nama Sepatin disematkan di program itu karena di Kampung Sepatin, Anggana, Kabupaten Kutai Kartanegara, program itu dikerjakan.
Kampung Sepatin dikelilingi berbagai jenis tambak. Ada tambak kepiting, tambak ikan bandeng, ada tambak udang. Namun tidak ada tambak ikan patin, karena ikan patin ikan air tawar, sementara tambak-tambak si Sepatin berisi air payau, air sungai yang asin.
Di sini PHM membantu Badan Usaha Milik Unit Desa (BUMDes) yang bernama Karya Sepatin untuk berkembang.
“BUMDes Karya Sepatin berdiri sejak 2015 lalu. Sekarang memiliki usaha penginapan,” kata Kepala Kampung Mustamin dalam kesempatan terpisah.
Karena ada penginapan, maka diperlukan jasa cuci pakaian atau laundry, diperlukan juga koki alias juru masak untuk menyediakan masakan bagi tamu, dan yang agak khas Sepatin dan kampung-kampung di Delta Mahakam: petugas distribusi air bersih.
Hal tersebut karena air Sungai Mahakam dan rawa di sekeliling Sepatin hadir dengan tingkat salinitas atau kadar garam tinggi. Perlu pengolahan yang khusus untuk bisa menjadikannya air minum atau sekedar air bersih untuk mencuci atau mandi.
Solusi selama ini adalah menampung air tawar bersih dari hujan. Setiap rumah punya tandon sebagai wadah persediaan air, begitu pula penginapan. Bila persediaan air hujan menipis sementara hujan belum turun lagi, maka petugas pun berburu air ke kampung lain.
Lalu, bisa dipastikan menu olahan ikan adalah menu utama di penginapan. Ikan segar yang baru ditangkap dari tambak atau setoran nelayan yang baru pulang melaut, adalah andalan. Ada ikan bakar plus sambal ala Sepatin yang selalu menggugah selera.
Jauh dari mana-mana
Kata Mustamin, usaha penginapan dipilih karena Sepatin jauh dari mana-mana. Apalagi tidak ada tranportasi yang mudah dan cepat dari dan ke kampung itu. Dari Samarinda, perlu sekitar 4 jam naik perahu ke Sepatin. Berurusan ke Sepatin, harus mempertimbangkan kemungkinan menginap.
Memang banyak yang punya urusan di Sepatin. Ada pengepul ikan dari tambak dan nelayan, ada orang-orang perusahaan seperti dari PHM, dan tentu juga aparat dari kecamatan atau kabupaten. Belum lagi kunjungan keluarga dari kampung lain.
Bila musim pemilu, bisa lebih ramai lagi, Calon legislatif dari kabupaten pasti akan mampir. Calon legislatif dari provinsi paling kurang mengirim anggota tim suksesnya.
Begitu juga calon bupati, calon gubernur, tak ketinggalan calon presiden, datang dengan membawa berbagai hadiah untuk warga. Semua mereka butuh penginapan.
“Jadi kami adakanlah itu penginapan. Tempat bermalam yang nyaman. Apalagi memuliakan tamu juga ajaran agama,” kata Mustamin.
Pada tahun 2019, dari modal usaha berupa penyertaan modal Pemerintah Desa yang diambil dari dana desa, BUMDes membeli sebuah rumah dan merenovasinya untuk dijadikan penginapan. PHM mendampingi hingga hal-hal kecil sehingga penginapan itu bisa berjalan.
Seiring waktu, usaha BUMDes berkembang. Oleh Mustamin dan warga, disepakati setiap program tanggung jawab sosial perusahaan yang sampai ke Sepatin, harus dikerjasamakan dengan BUMDes.
Dari situ, beragam program pun bermunculan, seperti antara lain pelatihan membuat terasi dengan memanfaatkan limbah udang yang melimpah di kampung itu.
Masih dengan BUMDes Karya Sepatu, PHM menyelenggarakan pelatihan pembuatan kapal untuk kelak memenuhi sendiri kebutuhan warga akan armada tangkap ikan atau transportasi.
Pendampingan PHM dalam tata kelola keuangan dan administrasi membuat Pemerintah Desa Sepatin percaya diri dan melangkah lebih jauh lagi dengan membangun pasar desa dan dermaga. Sumber dananya APBDesa yang bersumber lagi dari Alokasi Dana Desa (ADD) Kabupaten Kartanegara, yang pada 2018 jumlahnya mencapai Rp1,1 miliar lebih.
Di sisi lain, apa yang dikerjakan PHM di Sepatin ini menjadi perhatian Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi. Program Pemberdayaan Masyarakat Sejahtera Sepatin alias Pais Patin diganjar penghargaan kategori Emas. Wakil Presiden, KH Ma’ruf Amin, berkenan menyerahkan penghargaan itu langsung kepada GM PHM.
“Terima kasih atas apresiasi yang diberikan pemerintah kepada PHM,” kata Krisna semringah.
Walau begitu, ada rahasia lain dibalik Pais Patin. Orang-orang PHM yang aslinya sibuk mengurusi minyak dan gas itu mempercayakan tugas mendampingi masyarakat kepada Yayasan IRE (Institute for Research and Empowerment) Flamma, lembaga swadaya masyarakat yang berasal nun dari Yogyakarta.
Menurut Bambang Hudayana dari Flamma, tujuan yang ingin dicapai melalui Pais Patin adalah agar pemerintah dan masyarakat Sepatin memiliki kapasitas untuk mengembangkan perekonomian desa.
Dengan demikian diharapkan kemiskinan akan berkurang, menurunkan jumlah pengangguran, dan menekan jumlah dan niat migrasi warga Sepatin ke kota.
“Maka lewat lembaga ekonomi yang sudah ada, yaitu BUMDes Karya Sepatin itu, kita mulai usahanya. Karena ini untuk warga, maka seluruh warga juga diajak ikut, agar juga bisa melihat dan belajar bersama. Bahasa kerennya, program ini kita kerjakan secara partisipatif, transparan, dan akuntabel,” kata Bambang.
Dari contoh di Sepatin ini, GM PHM Krisna menegaskan, dengan pendampingan yang tepat, warga Sepatin meski tinggal terpencil dan serba terbatas, dapat membuat perkembangan, membuat perubahan, dan mampu membangun, baik secara fisik maupun mental untuk kehidupan yang lebih baik. Mereka dapat memaksimalkan dana desa jatahnya untuk kesejahteraan bersama.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Sepatin jadi nama program tanggung jawab sosial di Kaltim