Jakarta (ANTARA) - Galeri Nasional Indonesia (GNI) menampilkan ratusan karya seni rupa modern dan kontemporer koleksi negara ketika mulai dibuka untuk publik, Kamis.
Kepala Galeri Nasional Indonesia Pustanto menjelaskan GNI dibuka dengan sejumlah prosedur, seiring dengan penyesuaian aturan PPKM level dua di DKI Jakarta.
"Prosedur kunjungan dirancang dan disesuaikan dengan tetap memprioritaskan keamanan dan kenyamanan pengunjung," kata Kepala Galeri Nasional Indonesia Pustanto di Jakarta, Kamis.
Adapun pameran di GNI yang dapat dikunjungi adalah Pameran Tetap Koleksi GNI dan Pameran "B. Resobowo".
Pameran tetap koleksi GNI berada di Gedung B lantai dua buka pada hari Selasa-Minggu, dengan kuota 50 orang per sesi kunjungan.
Pameran ini menampilkan 201 karya seni rupa modern dan kontemporer koleksi GNI/koleksi negara mulai era 1800-an hingga era masa kini.
Dalam pameran ini, terdapat karya para perupa kenamaan Indonesia hingga mancanegara, di antaranya Raden Saleh, Wakidi, S. Sudjojono, Affandi, Basoeki Abdullah, Hendra Gunawan, Agus Djaja, Popo Iskandar, Srihadi Soedarsono, Widayat, Djoko Pekik.
Kemudian, Eddie Hara, Heri Dono, Jim Supangkat, Dede Eri Supria, Krisna Murti, Anusapati, Mella Jaarsma, Victor Vasarely, Wassily Kandinsky, Hans Arp, Zao Wou-Ki, Hans Hartung dan Sonia Delaunay.
Pameran Tetap Koleksi GNI dikurasi oleh Bayu Genia Krishbie dan Teguh Margono (Kurator GNI) .
Selain itu, ada juga pameran "B. Resobowo" di Gedung B lantai satu yang dibuka setiap hari hingga lima November 2021, dengan kuota 15 orang per sesi kunjungan.
Pameran ini merupakan bagian dari rangkaian program Lokakarya Kuratorial Galeri Nasional Indonesia 2021: Kurasi Kurator Muda.
Dikuratori oleh Umi Lestari, pameran ini menampilkan satu lukisan yang penetapannya sebagai koleksi negara melibatkan Basuki Resobowo sebagai bagian tim akuisisi karya yang dibentuk oleh pemerintah Indonesia pada 1947.
Sejumlah arsip Basuki Resobowo juga ditampilkan yang berasal dari koleksi beberapa institusi publik dan museum pribadi seperti Dewan Kesenian Jakarta, OHD Museum, Museum EZ Halim, arsip Dolorosa Sinaga, arsip keluarga Sanento Yuliman, serta arsip yang didapatkan Umi Lestari dari lembaga arsip dan kawan dekat Basuki Resobowo.