Samarinda (ANTARA Kaltim) - Lomba Tari Pedalaman dalam rangkaian Festival Kemilau Seni dan Budaya Etam yang digelar Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Parekraf) Kaltim di Stadion Madya Sempaja, Samarinda terlihat diminati pengunjung.
Dilaporkan di Samarinda, Rabu bahwa pada hari kedua pergelaran festival tersebut, pengunjung tampak meminati lomba Tari Pedalaman itu karena jumlah penonton cukup banyak.
Selain lomba Tari, pada acara itu digelar pula berbagai lomba tradisional, di antaranya adalah olahraga tradisional berupa Lomba Begasing, Lomba Belogo, dan Lomba Tari Pedalaman yang berlangsung pagi hingga sore hari.
Di antara lomba tersebut, hal yang paling menarik pengunjung adalah Lomba Tari Pedalaman yang diikuti 12 kabupaten dan kota dari 14 daerah yang ada di Provinsi Kaltim.
"Lomba Tari Pedalaman, Tari Pesisir, dan Lomba Musik Tradisional yang digelar dalam rangkaian ini, pengumumannya akan dilakukan sekaligus nanti malam setelah Lomba Tari Pesisir," ujar Kepala UPTD Taman Budaya Kaltim Mohammad Guntur, saat menyaksikan Lomba Tari Pedalaman di Stadion Madya Sempaja, Samarinda, Rabu.
Menurutnya, UPTD Taman Budaya merupakan instansi teknis yang menangani lomba tari dan musik tradisional, karena di UPTD yang dia pimpin itu berada dalam naungan Dinas Parekraf Kaltim.
Sedangkan secara umum, Festival Kemilau Seni dan Budaya Etam yang menyajikan berbagai kegiatan tersebut, ditangani langsung oleh Disparekraf Provinsi Kaltim.
Menurutnya, 12 daerah yang mengikuti Lomba Tari Pedalaman itu adalah dari Kota Bontang, Balikpapan, Samarinda, Kabupaten Kutai Kartanegara, Bulungan, Penajam Paser Utara, Kutai Timur, Kutai Barat, Tana Tidung, Nunukan, Malinau, dan Kabupaten Paser.
Dia menjelaskan, untuk peserta dari Nunukan menampilkan tari dengan judul Ngarang Busak Bakuy. Tari ini mengisahkan tentang bunga Bakuy yang oleh masyarakat Dayak Lundayeh, dijadikan sebagai lambang keindahan yang merupakan warisan leluhur yang dicitpakan Sang Pencipta untuk keharmonisan umat manusia.
Sedangkan peserta tari pedalaman dari Balikpapan membawakan tari berjudul Kancet Gantiga Kua-kua. Tari ini menceritakan tentang seorang gadis yang bersedih, kemudian datang teman-temannya untuk menghibur dengan bermain bersama.
Tari ini juga bermakna kebersamaan antara satu dengan lainnya dan saling menyayangi. Seperti kehidupan masyarakat Balikpapan yang mengutamakan kebersamaan, damai, dan harmonis.
"Begitu pula untuk judul tari dari masing-masing daerah, semua membawakan tari dengan keindahan masing-masing, termasuk menonjolkan adat dan budaya di daerahnya," kata Guntur.