Samarinda (ANTARA Kaltim) - Keberadaan Institut Seni dan Budaya Indonesia (ISBI) Kaltim di Tenggarong diharapkan mampu menjadi warna bagi kemajuan seni dan budaya di Provinsi Kaltim, kata Kepala Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Parekraf) Kaltim, HM Aswin.
"Saat ini kampus ISBI Kaltim sedang dibangun di Tenggarong, Kabupaten Kutai Kartanegara, bahkan ISBI sudah menerima mahasiswa baru angkatan pertama yang kuliahnya numpang di ISI Yogyakarta," kata HM Aswin di Samarinda, Sabtu.
Keberadaan ISBI Kaltim, lanjutnya, di samping sebagai wadah mencetak sumber daya manusia juga diharapkan mendukung program Tiga Pilar Kebudayaan yang dicanangkan Pemprov Kaltim melalui Dinas Parekraf, agar perkembangan seni dan budaya daerah semakin maju dan dikenal masyarakat luas.
Tiga kebudayaan yang saat ini tengah digalakkan itu adalah Budaya Keraton, Budaya Pesisir, dan Budaya Pedalaman, termasuk berbagai objek wisata yang terkandung di dalamnya.
Untuk Budaya Keraton, lanjutnya, di Kaltim ada beberapa kabupaten yang memiliki potensi besar untuk dikembangkan, walaupun saat ini kekeratonan itu ada yang sudah dikenal luas hingga mancanegara.
Budaya Keraton yang ada di Kaltim antara lain terdapat di Kabupaten Kutai Kartanegara, yakni eks Kerajaan Kutai Kartanegara Ing Martadipura, kemudian Kerajaan Sadurangas di Kabupaten Paser, Kerajaan Sambiliung dan Gunung Tabur di Kabupaten Berau, dan eks Kerajaan Tanjung Palas di Kabupaten Bulungan.
Pilar kedua adalah mengoptimalkan Budaya Pesisir yang kaya akan aneka tari Jepen dan kreasinya, yakni meliputi Kutai Kartanegara, Kutai Timur, Bulungan, Tana Tidung, dan Kabupaten Paser yang juga memiliki kesenian khas.
Pilar ketiga adalah terus berupaya mengangkat Budaya Pedalaman baik dari sisi musik, tari dan adat istiadatnya. Budaya Pedalaman ini identik dengan budaya dari suku Dayak yang memiliki ratusan sub suku, di antaranya adalah Tunjung, Kenyah, Benuaq, Basap, dan Ahoeng.
Dalam upaya memajukan seni dari tiga unsur kebudayaan tersebut, lanjut Aswin, Dinas Parekraf Kaltim akan terus mendorong agar semuanya dapat terfasilitasi seoptimal mungkin.
Sedangkan masing-masing seni yang ditampilkan harus tetap mempertahankan atau melestarikan budaya asli sebagai warisan leluhur, agar keasliannya tidak hilang.
Namun demikian, berbagai bentuk seni yang ditampilkan itu harus dikreasi agar dapat menarik minat penonton dan wisatawan untuk datang lagi.
Kreasi yang dimaksud Aswin bukan hanya pada gerak dan ragam penampilan, bahkan kostum yang dikenakan juga dapat dikreasi sepanjang tidak meninggalkan akar budayanya.
"Dalam upaya semakin memajukan tiga unsur budaya itu, kami berharap agar anak-anak Kaltim yang saat ini masih kuliah di ISBI, agar ke depan dapat turut memajukan budaya lokal agar lebih kreatif dan tetap tidak meninggalkan budaya daerah," kata Aswin penuh harap. (*)