Samarinda (ANTARA News Kaltim) - Sebanyak 120 siswa SMP, SMA dan SMK dari kabupaten dan kota se-Provinsi Kalimantan Timur mengikuti sosialisasi bahaya narkotika dan obat/bahan berbahaya (narkoba) agar mereka mengetahui dampak buruk dari obat terlarang itu.
"Selain 120 siswa, kegiatan tersebut juga diikuti 30 guru pendamping sehingga total peserta yang mengikuti mulai 23 hingga 26 September 2012 mencapai 150 orang," ujar Kepala Dinas Pendidikan Kaltim H Musyahrim di Samarinda, Senin.
Dia melanjutkan, narasumber sosialisasi itu dari tiga instansi, yakni Badan Narkotika Kota (BNK) Samarinda, Kepolisian dan dari Dinas Kesehatan Kaltim.
Menurut dia, sosialisasi bahaya narkoba bagi siswa SMP, SMA dan SMK ini sangat penting untuk pembekalan agar dapat menjalankan organisasi kesiswaan dengan optimal, meraih prestasi dengan baik dan terhindar dari perbuatan yang merugikan.
Salah satu hal yang terpenting adalah keyakinan bahwa setiap orang mempunyai potensi untuk berbuat sesuatu, hanya saja masih banyak remaja yang tidak mengetahui potensinya atau tidak mengenal diri mereka sendiri.
Karakteristik remaja yang sedang dalam tahap pencarian jati diri atau identitas, biasanya sangat rentan terhadap pengaruh lingkungan, sehingga hal itu juga mudah terjebak pada hal-hal yang merugikan diri sendiri namun tanpa mereka sadari, seperti terjerumus pada narkoba.
Pada umumnya remaja masih gamang dalam menapak masa depan, masih belum dapat menetapkan akan jadi apa dirinya kelak, namun dengan sosialisasi terhadap 150 peserta ini diharapkan mereka dapat menjadi agen perubahan di daerah masing-masing.
Menurut dia, zaman dulu anak-anak tidak bisa menyampaikan pendapat kepada orang tuanya, sedangkan setiap yang disampaikan orang tua, anak seolah diwajibkan menerima dan mengikuti.
Tetapi sekarang, anak bisa berkomunikasi, berdiskusi, bahkan berargumentasi. Demikian juga di sekolah, kini siswa bisa menyampaikan harapan dan pendapatnya untuk kemajuan sekolah, bahkan diberikan ruang untuk ini, sampai bisa mengekspresikan melalui ruang ekstrakurikuler yang disediakan.
Sikap ingin selalu instan dan tergesa-gesa memungkinkan munculnya tindakan tanpa terencana, cenderung impulsif (tidak sabaran dan reaktif), bahkan cenderung membabi buta. Inilah sumber kegelisahan jiwa yang banyak dialami oleh sebagian remaja.
Remaja bahkan orang tua sekalipun terkadang enggan melalui proses dalam menggapai sesuatu, karena proses dan pentahapan yang dilalui sangat membutuhkan waktu serta pengorbanan yang tidak sedikit.
Padahal, dalam membina hati dan jiwa haruslah berproses dan dilakukan secara kontinyu. Keimanan dan motivasi itu perlu dibina dan dipelihara karena memang tidak bisa instan. (*)
120 Siswa Ikuti Sosialisasi Bahaya Narkoba
Senin, 24 September 2012 17:01 WIB