Yogyakarta (ANTARA) - Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono (HB) X menyampaikan terima kasih kepada seluruh warganya yang tidak mudik demi memutus mata rantai persebaran COVID-19.
"Bagi mereka yang tidak bisa mudik 'tilik sedulur' (menjenguk sudara) dan orang tua. Jika ini dipatuhi, Insya Allah niscaya kita akan mampu memenangkan pertempuran ini," kata Sultan dalam program #SultanMenyapa Jilid 4 dengan judul "Berkreasi dan Beribadah dari Rumah".
di Yogyakarta, Selasa.
Raja Keraton Yogyakarta ini menyampaikan terima kasih pula kepada seluruh warganya yang hingga kini bersedia dengan sadar untuk tinggal di rumah sehingga bekerja, belajar, berkreasi dan beribadah dari rumah masing-masing.
"Meski berdiam diri dan tinggal di rumah bukan sesuatu yang menyenangkan, namun kita harus sadar bahwa ini adalah pengorbanan diri untuk memutus mata rantai penularan virus ini dari muka bumi," kata dia.
Di sisi lain, gubernur juga menyampaikan terima kasih kepada elemen masyarakat yang bekerja di luar rumah dengan penuh kerelaan membawa obat-obatan dan bahan kebutuhan pokok bagi orang-orang yang harus tinggal di rumah serta di pusat-pusat layanan kesehatan dan fasilitas publik.
"Demikian juga bagi prajurit TNI/Polri, Satpol PP dan unsur lainnya yang amankan penularan wabah ini demi keselamatan warga. Bukan untuk siapa-siapa, tapi untuk semuanya," katanya.
"Kepada umat Islam, saya ucapkan selamat menjalankan ibadah dengan khusuk, di rumah sebagai madrasah, tempat kita belajar hidup dan menimba kehidupan dengan lebih baik," tambah "Ngarso Dalem", panggilan HB X itu.
Kepala Bagian Humas Biro Umum Humas dan Protokol Setda DIY Ditya Nanaryo Aji menjelaskan bahwa #SultanMenyapa Jilid 4 dengan judul "Berkreasi dan Beribadah dari Rumah" mengusung pesan bahwa berdiam di rumah adalah sebuah kesempatan yang baik untuk membangun waktu berkualitas bersama keluarga.
Dengan cara itu, menurut dia, seorang ayah atau ibu akan belajar dan merasakan bagaimana menjadi guru. Demikian pula seorang anak akan lebih paham bagaimana ibunya mengelola rumah tangga.
"Demikian pula dengan ibadah, inilah saatnya bagi para ayah, kepala keluarga untuk menjadi imam yang sesungguhnya. Kadang kita lupa, bahwa istri dan anak-anak adalah jamaah yang paling dekat, potensial dan nyata," demikian Ditya Nanaryo Aji.