Balikpapan (ANTARA) - Setelah dimulai 11 September 2019, Program Sekolah Peduli Rupiah (SPR) yang dicetuskan Bank Indonesia (BI) sudah memasuki tahap penilaian. Tim BI Kantor Perwakilan Balikpapan kemudian berkunjung ke sekolah-sekolah peserta SPR di kota itu.
“Kami sudah mengunjungi 28 sekolah hingga akhir pekan lalu,” kata Kepala Tim Advisory dan Pengembangan Ekonomi BI Balikpapan, Thomy Andryas di Balikpapan, Senin, bersama Manajer Tim Advisory dan Pengembangan Ekonomi BI Balikpapan, Nyi Mas Mirnayanti J, Thomy menjadi tim peninjau dan juri.
Tahap penjurian lapangan berlangsung selama lima hari antara Selasa, 29 Oktober 2019 hingga Senin, 2 November 2019. Setelah Tim B akan melakukan rekap nilai dan bersidang.
Dalam kunjungan sekolah tersebut, tim peninjau dari BI Balikpapan melihat secara langsung cara para peserta Duta Rupiah mengkampanyekan cinta rupiah dan mengedukasi ciri-ciri keaslian uang rupiah (cikur) kepada warga sekolah maupun masyarakat lingkungan sekitar sekolah.
“Mereka antara lain memanfaatkan mading (majalah dinding) dan poster yang dipasang pada setiap sudut sekolah,” ujar Mirnayanti.
Tak hanya itu, para peserta Duta Rupiah juga memodifikasi berbagai permainan seperti ular tangga dan monopoli sebagai sarana edukasi cinta rupiah. Bahkan juga ada yang disebut matematika cinta rupiah.
Para peserta Duta Rupiah juga membuat berbagai program aksi dengan nama unik seperti RuSUH (Razia Uang Lusuh) di SMKN 6 Balikpapan, Jingle Rupiah di SMAN 9, Koin Seribu Kebaikan di SMK Panca Dharma, hingga Berseru (Bersama Senam Rupiah) di SMAN 1 Balikpapan.
“Kreativitas tersebut juga menjadi salah satu aspek penilaian untuk menentukan pemenang Sekolah Peduli Rupiah tahun 2019 ini,” ungkap Mirna. Tim peninjau juga melihat efektivitas penyampaian sosialisasi hal cinta rupiah oleh peserta Duta Rupiah.
Menurut Mirna, Tim BI melihat dukungan kepala sekolah, guru, serta siswa juga menjadi poin penting dalam pelaksanaan SPR di masing-masing sekolah. Pemahaman dan manfaat dari pelaksanaan program SPR ini diharapkan tidak hanya didapatkan oleh siswa yang menjadi peserta SPR sebagai Duta Rupiah dan guru pendampingnya, namun juga seluruh warga sekolah. Karena itu Tim BI mewawancarai juga siswa dan guru yang tidak terlibat secara langsung dalam perlombaan SPR.
“Kami senang sebab rata-rata mereka jadi lebih tahu bagaimana memperlakukan uangnya. Tidak lagi meremas uang atau bahkan men-staples,” kata Mirna.