Balikpapan (ANTARA) - Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana (DP3AKB) Kota Balikpapan menegaskan peran mereka dalam mendampingi keluarga-keluarga rentan guna mencegah terjadinya stunting pada anak sejak dini.
“Kami mengedukasi bagaimana supaya jangan terjadi stunting. Jadi kita sosialisasikan kepada keluarga-keluarga dan didampingi supaya anak-anak mereka tidak jadi stunting. Kalau anak stunting menjadi kewenangan Dinas Kesehatan,” kata Kepala DP3AKB Kota Balikpapan Heria Prisni, Minggu (27/7).
Dia mengatakan pihaknya tidak menangani kasus stunting yang sudah terjadi, melainkan fokus pada langkah preventif atau pencegahan. Salah satunya melalui edukasi langsung kepada keluarga dan anak yang berada dalam kelompok berisiko, termasuk kasus yang sempat memicu kemarahan salah satu warga beberapa waktu lalu.
“Kalau kasus kemarin salah seorang ibu marah-marah, hal itu bisa terjadi. Tapi setelah kami lihat, tidak stunting, secara gizi aman,” ucapnya.
Heria mengemukakan, hal yang menjadi perhatian utama bukan soal gizi, melainkan kondisi sosial ekonomi keluarga yang membuat anak tersebut harus membantu orang tuanya berdagang.
Ia menyebut anak itu masih di bawah umur, namun sudah ikut berjualan es di jalanan.
“Kami sudah menemui , yang kami sayangkan anak di bawah umur diperkerjakan, karena memang ekonomi keluarga, namun kami sudah edukasi. Sekolah anaknya juga cukup jauh, namun diupayakan bagaimana bisa mendapatkan sekolah yang dekat sehingga tidak mengganggu,” katanya.
Heria juga menambahkan untuk program rutin pencegahan seperti “satu telur satu hari” masih aktif dijalankan di lingkungan DP3AKB maupun di lapangan. Kalau program ini yang satu telur satu hari itu masih berjalan, .di kantor masih setiap Jumat dilaksanakan.
Sementara itu Kepala Dinas Kesehatan Balikpapan, Alwiati menyebutkan berdasarkan data angka prevalensi stunting menunjukkan peningkatan dari 21,6 persen menjadi 24,6 persen, yang menimbulkan kekhawatiran serius dari sektor kesehatan.
“Kenaikan ini menjadi warning buat kita semua,” kata Alwiati.
Sebagai tindak lanjut, Dikes melakukan intervensi secara masif, terutama menyasar kelompok rentan seperti anak-anak yang berisiko stunting dan ibu hamil.
Ia mengemukakan, langkah konkret yang diambil antara lain menggandeng organisasi profesi seperti Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dan Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI).
Kolaborasi ini difokuskan untuk memberikan penanganan medis dan edukatif secara menyeluruh terhadap bayi, balita, dan ibu hamil.
“Intervensi dilakukan secara spesifik dan terarah, agar bisa menyentuh langsung kelompok yang paling terdampak,” tambah Alwiati.
Ia menjelaskan, berdasarkan pemetaan kasus, saat ini stunting tersebar merata di seluruh wilayah Kota Balikpapan. Tidak ada kecamatan yang mendominasi angka stunting.
"Sehingga pendekatan intervensi dilakukan secara menyeluruh," ujarnya.
Program penanganan juga melibatkan edukasi gizi, pemantauan tumbuh kembang, dan peningkatan layanan kesehatan ibu dan anak. Dinas Kesehatan bekerja sama dengan fasilitas kesehatan dan kader di tingkat RT untuk memperluas cakupan pelayanan.
Dengan pendekatan tersebut, Pemerintah Kota Balikpapan menargetkan penurunan angka stunting secara bertahap dalam beberapa tahun ke depan. (Adv).
