Wakil Menteri Pertanian (Wamentan) Sudaryono meminta kepada para pengusaha sawit untuk turut mendukung gerakan ketahanan pangan nasional dengan metode tumpang sari di lahan sawit yang masih pada tahapan peremajaan.
Wamentan dalam perhelatan Indonesia Palm Oil Conference (IPOC 2024) and 2025 Price Outlook di Bali, Kamis menyatakan sistem tumpang sari ditujukan untuk tanaman pangan hortikultura seperti padi gogo, jagung, dan kedelai.
"Sampai ketika tanaman sawit menghasilkan untuk para petani selama lima tahun yaitu panen pertama, kami meminta pelaku perkebunan sawit turut membantu menanam tanaman pangan saat masa peremajaan," kata Sudaryono.
Selanjutnya menurut dia, potensi penambahan produksi pangan tersebut bisa diwujudkan mengingat Indonesia memiliki lahan sawit sebesar 17 juta hektare, sementara lahan baku sawah yakni hanya 7,4 juta hektare.
Baca juga: Disnak Kaltim perkuat integrasi ternak sapi dengan kebun sawit
"Ada dua keuntungan, yang pertama mereka untung sampai dengan sawit yang menghasilkan keuntungan buat dia menunggu lima tahun, lalu ada penghasilan untuk pangan. Keuntungan yang kedua adalah pemerintah jadi punya tambahan produksi tanaman pangan," kata Wamentan.
Lebih lanjut, ia mengatakan untuk mengimplementasikan hal ini, dirinya meminta kepada Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) untuk turut mengampanyekan skema penanaman ini kepada para anggotanya.
"Kita harapkan dari Gapki, nanti baik perusahaan maupun petaninya bisa melaksanakan itu," ujarnya.
Presiden Prabowo dalam salah satu Astacitanya menginginkan Indonesia menjadi negara yang mandiri secara pangan dan energi. Khusus untuk swasembada pangan, Presiden meminta menteri terkait untuk mewujudkan hal tersebut dalam kurun waktu kurang dari 4 tahun dalam masa pemerintahannya.
Baca juga: Gapki minta pemerintah ikut lindungi industri sawit dari isu negatif
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2024
Wamentan dalam perhelatan Indonesia Palm Oil Conference (IPOC 2024) and 2025 Price Outlook di Bali, Kamis menyatakan sistem tumpang sari ditujukan untuk tanaman pangan hortikultura seperti padi gogo, jagung, dan kedelai.
"Sampai ketika tanaman sawit menghasilkan untuk para petani selama lima tahun yaitu panen pertama, kami meminta pelaku perkebunan sawit turut membantu menanam tanaman pangan saat masa peremajaan," kata Sudaryono.
Selanjutnya menurut dia, potensi penambahan produksi pangan tersebut bisa diwujudkan mengingat Indonesia memiliki lahan sawit sebesar 17 juta hektare, sementara lahan baku sawah yakni hanya 7,4 juta hektare.
Baca juga: Disnak Kaltim perkuat integrasi ternak sapi dengan kebun sawit
"Ada dua keuntungan, yang pertama mereka untung sampai dengan sawit yang menghasilkan keuntungan buat dia menunggu lima tahun, lalu ada penghasilan untuk pangan. Keuntungan yang kedua adalah pemerintah jadi punya tambahan produksi tanaman pangan," kata Wamentan.
Lebih lanjut, ia mengatakan untuk mengimplementasikan hal ini, dirinya meminta kepada Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) untuk turut mengampanyekan skema penanaman ini kepada para anggotanya.
"Kita harapkan dari Gapki, nanti baik perusahaan maupun petaninya bisa melaksanakan itu," ujarnya.
Presiden Prabowo dalam salah satu Astacitanya menginginkan Indonesia menjadi negara yang mandiri secara pangan dan energi. Khusus untuk swasembada pangan, Presiden meminta menteri terkait untuk mewujudkan hal tersebut dalam kurun waktu kurang dari 4 tahun dalam masa pemerintahannya.
Baca juga: Gapki minta pemerintah ikut lindungi industri sawit dari isu negatif
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2024