Dinas Kesehatan Kalimantan Timur (Dinkes Kaltim) memperkuat kolaborasi lintas daerah di 10 kabupaten dan kota untuk mengatasi kejadian luar biasa (KLB) penyakit campak di provinsi tersebut.

Kepala Dinkes Kaltim Jaya Mualimin di Samarinda, Selasa, dalam lokakarya Penanggulangan KLB Campak se-Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2024, mengungkapkan bahwa Kementerian Kesehatan telah mencatat lonjakan kasus KLB Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) tahun ini.

"Terdapat KLB polio, 101 KLB campak, empat KLB rubella, dan 90 KLB difteri di 29 provinsi," katanya.

Penyakit-penyakit tersebut, katanya, mudah menular dan bisa berakibat fatal. KLB ini terutama dipicu oleh rendahnya cakupan imunisasi rutin di berbagai daerah selama pandemi COVID-19 serta adanya kantong-kantong imunisasi yang belum terjangkau sejak sebelum pandemi.

"Meski capaian imunisasi nasional meningkat, namun belum merata di setiap daerah. Layanan imunisasi bagi anak yang belum mendapatkan imunisasi rutin juga belum optimal," katanya.

Berbagai upaya telah dilakukan, seperti pelaksanaan PIN Polio, Bulan Imunisasi Anak Nasional (BIAN), dan Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS). Namun, capaian di beberapa daerah masih rendah, menunjukkan masih banyak anak belum lengkap imunisasi.

Untuk mengatasi KLB PD3I, khususnya campak/rubella, Dinkes Kaltim berharap seluruh Dinas Kesehatan tingkat kabupaten/kota mampu melakukan upaya penanggulangan, terutama menentukan wilayah dan sasaran, serta perencanaan pelaksanaan Outbreak Response Immunization (ORI) KLB campak di wilayah masing-masing.

"Mari kita bergandengan tangan dan bekerja sama menuju dunia yang lebih aman dan sehat," kata Jaya.

Lokakarya  Penanggulangan KLB Campak se-Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2024 berlangsung selama 1-3 Oktober 2024.

Pewarta: Ahmad Rifandi

Editor : Rahmad


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2024