Kepala Dinas Kesehatan Kalimantan Timur Jaya Mualimin menyampaikan kegiatan inisiatif peningkatan peran tenaga kesehatan mengelola persalinan dan mencegah komplikasi pasca-melahirkan, menjadi upaya demi kemajuan Kaltim.
 
"Tenaga kesehatan harus mampu melakukan identifikasi dini terhadap komplikasi dan memberikan pertolongan pertama, serta stabilisasi pasien sebelum merujuk ke fasilitas yang lebih lengkap," ujar Jaya di Samarinda, Senin.
 
Dinkes Kaltim, lanjutnya, juga menyoroti sejumlah aspek penanganan kesehatan ibu dan anak, seperti kebijakan promotif dan preventif, peningkatan akses dan kualitas pelayanan kesehatan, serta pemberdayaan masyarakat.
 
Langkah-langkah itu diharapkan mendongkrak kesiapsiagaan dalam menangani kegawat-daruratan maternal dan neonatal.
 
"Peningkatan kualitas pelayanan kesehatan meliputi penempatan dokter spesialis di fasilitas kesehatan daerah, ketersediaan unit transfusi darah, serta penguatan layanan antenatal, persalinan, dan postnatal," katanya.

Baca juga: Dinkes Kaltim: Kematian ibu-bayi bisa dicegah
 
Jaya juga menekankan pemberdayaan masyarakat melalui kelas ibu hamil, Posyandu, dan pemanfaatan dana desa.
 
Upaya lain yang juga dilakukan meliputi penguatan tata kelola kesehatan, termasuk upaya promotif dan preventif di Puskesmas, serta pencatatan dan pelaporan kematian ibu dan bayi.
 
"Langkah-langkah itu diharapkan dapat memberikan kontribusi signifikan dalam menurunkan angka kematian ibu dan bayi di Kalimantan Timur," ujarnya.
 
Jaya memaparkan, terdapat 73 kasus kematian ibu pendarahan sebanyak 16 kasus, dan hipertensi sebanyak 12 kasus, serta kasus-kasus lain yang mencapai 26 kasus.

Kasus lain penyebab kematian ibu yaitu penyakit jantung, infeksi, gangguan darah, gangguan metabolisme, dan COVID-19, masing-masing dengan jumlah kasus yang lebih sedikit.

Baca juga: Dinkes Kaltim latih nakes Berau turunkan angka kematian ibu dan bayi
 
"Sementara itu, kematian neonatal mencapai 472 kasus, dengan mayoritas terjadi pada usia 0-6 hari sebanyak 380 kasus," katanya.

Penyebab kematian neonatal terbanyak adalah berat badan lahir rendah (BBLR) sebanyak 158 kasus, asfiksia sebanyak 125 kasus, dan infeksi sebanyak 34 kasus. Selain itu, terdapat juga kasus kematian bayi akibat kelainan kongenital dan faktor lainnya.
 
Secara total, tercatat 630 kematian bayi dengan kondisi perinatal sebagai penyebab utama, diikuti oleh diare, pneumonia, dan penyebab lain. Data itu menunjukkan penanganan kesehatan ibu dan bayi yang lebih baik sangat penting untuk menurunkan angka kematian di Kalimantan Timur.
 
"Dinas Kesehatan Kaltim berkomitmen untuk terus meningkatkan kualitas layanan kesehatan bagi ibu dan bayi, serta mengedukasi masyarakat mengenai pentingnya perawatan kesehatan sejak dini untuk mencegah kematian ibu dan bayi," ungkap Jaya. (Adv/Dinkes Kaltim)

Pewarta: Ahmad Rifandi

Editor : Imam Santoso


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2023