Samarinda (ANTARA Kaltim) - Penggunaan susu formula dewasa ini sering dianggap sebagai jalan keluar bagi ibu yang dalam kondisi terentu susah menyusui. Kondisi ini diperparah dengan sistem komersialisasi susu formula antara rumah sakit bersalin dan puskesmas. Padahal, memberikan bayi yang baru lahir susu formula bukanlah hal yang dianjurkan, meski ibu yang baru melahirkan beralasan belum siap memberikan ASI kepada bayinya.

Menurut Masitah sebenarnya para ibu tersebut sudah tahu manfaat ASI. Namun karena banyak para ibu yang kurang memahami dan tak ingin repot, susu formula jadi solusi cepat.

"Terutama para ibu yang mobilitasnya tinggi. Seperti wanita karir yang mengharuskan memberikan susu formula kepada anaknya. Serta apabila ingin bepergian ke tempat umum dan membawa anaknya, tentu banyak yang malu memberikan ASI kepada anak," urainya.

Padahal menurut Masitah, banyak hal yang bisa menyiasati permasalahan tersebut. Menurutnya walaupun belum ada penelitian yang membuktikan pengaruh susu formula terhadap perkembangan anak ke depan, namun tentu tetap berpengaruh terhadap sikap dan karakteristik sang anak.

"Bisa jadi nanti sang anak tidak terlalu dekat dengan sang ibu, atau tidak memiliki rasa kepekaan yang tinggi ketika dewasa kelak," ucapnya.

Di sisi lain, Masitah juga menuntut peran serta pemerintah, dan tidak sekadar imbauan. Masitah menyarankan sebaiknya di lokasi pusat perbelanjaan seperti mal dan tempat rekreasi lainnya harus dibangun tempat khusus untuk para ibu menyusui. Pojok ASI misalnya.

“Juga pada para suami yang memiliki istri menyusui, harus didukung dari segi moril dan fisik. Jangan membiarkan ibu menyusui untuk banyak beraktivitas bekerja di luar, serta tidak membiarkan istrinya memberikan susu formula kepada sang bayi tanpa alasan yang kuat,” harapnya. (Humas DPRD Kaltim/aul/dhi/met)



Pewarta:

Editor : Rahmad


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2014