Balikpapan (ANTARA) - Perajin miniatur MotoGP asal Kota Balikpapan Tiar Hermawan berhasil mengubah hobi menjadi sumber penghasilan yang kini penjualannya menembus pasar mancanegara.
"Sejauh ini sudah terjual di 23 negara, baik dari Asia, Eropa hingga Benua Amerika," kata Tiar saat dijumpai di Balikpapan, Rabu (30/4).
Dapur tempat produksi di rumahnya hanya seluas 2,5 meter, mampu menghasilkan replika berbagai pembalap (rider) MotoGP beserta pernak-perniknya secara detail.
Ia mengatakan, miniatur tersebut terbuat dari bahan resin yang dicetak melalui mesin cetak tiga dimensi, replika itu dicetak dengan berbagai macam gaya andalan pembalap.
Sebagian besar penjualan miniatur dilakukan dalam dua jenis sistem, yaitu pre-order dan ready stock. Ia mengaku lebih menyukai sistem ready stock karena tidak terikat tenggat waktu dan lebih fleksibel dalam proses produksi.
“Kalau tidak laku pun saya tidak masalah, karena bahan-bahannya tidak busuk, dalam arti, kapan pun bisa terjual,” katanya optimistis.
Selain produksi reguler, Tiar juga melayani pesanan terbatas atau limited edition. Salah satunya datang dari kolektor asal Italia yang meminta miniatur motor Valentino Rossi versi tahun 2004 yang sangat langka dan sudah tidak diproduksi lagi oleh pabrikan.
“Karena ada pesanan itu, akhirnya saya buatkan. Alhamdulillah, hasilnya sudah sampai dan mendapat respons positif dari pelanggan,” katanya.
Ia menerangkan, harga miniatur bervariasi tergantung ukuran dan jenis. Untuk pasar lokal, miniatur helm dijual antara Rp250 ribu hingga Rp350 ribu.
Sementara untuk pasar internasional, helm miniatur diberi harga sekitar 22 hingga 25 dolar AS. Adapun figur miniatur lengkap bisa mencapai harga 130 hingga 140 dolar AS.
“Skala helm yang saya buat dari 1:18 sampai 1:6, tentu harganya menyesuaikan,” jelas Tiar.
Untuk memasarkan produknya, Tiar mengandalkan kekuatan media sosial sejak awal, ia memulai dengan Facebook, lalu merambah ke Instagram, YouTube, hingga TikTok untuk menjangkau pembeli dari berbagai negara.
“Sekarang zamannya digital, jadi semua orang bisa melihat. Tinggal bagaimana kita merespons calon pembeli dan mengatur strategi mengunggah konten, termasuk penggunaan tagar (hashtag),” paparnya.
Lanjut Tiar, mengungkapkan, awal mula dirinya berkecimpung dalam dunia kerajinan sejak 2010 silam, namun ia baru benar-benar fokus saat pandemi COVID-19.
Ia sedikit mengulas, saat itu ia menjadi korban Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) di salah satu perusahaan di Balikpapan yang mengalami penyusutan ekonomi akibat COVID-19.
"Dari sana saya mencoba menekuni untuk memproduksi kerajinan tangan ini," tuturnya.
Tiar mengaku bisa membuat miniatur tersebut secara autodidak, mengingat ia memiliki latar belakang atau pendidikan formal jauh dari bidang seni.
"Kalau saya kuliah dulu administrasi logistik, jadi tidak nyambung dengan urusan desain dan kreativitas," ujarnya sambil tertawa.
Ketekunan Tiar membuahkan hasil, tidak hanya dalam bentuk penghargaan dari pelanggan, tetapi juga manfaat nyata bagi kehidupan keluarganya.
Ia mengaku pendapatan dari usaha kerajinan tersebut digunakan untuk kebutuhan sehari-hari dan biaya pendidikan anak-anak.
"Alhamdulillah banyak yang bisa saya hasilkan dari miniatur MotoGP ini bukan sekadar hobi, tapi juga jadi tumpuan ekonomi keluarga," katanya.