Balikpapan (ANTARA Kaltim) - Gerakan Indonesia Bersama Kita Belajar atau Indonesia Berkibar, gerakan pembaharuan pendidikan di Indonesia, mengusung kebersamaan dan saling berbagi dalam pergerakannya.

"Karena dalam kebersamaan itulah kekuatan orang Indonesia. Kalau kita sudah bersatu dan bergerak bersama, tidak ada lagi yang bisa menahan kita," kata Ridwan Kamil, dosen Teknik Arsitektur Institut Teknologi Bandung yang menjadi salah satu pendukung Gerakan Indonesia Berkibar, Kamis.

Namun demikian, kebersamaan atau persatuan itu harus diisi dengan saling berbagi. Setiap individu diminta atau tidak diminta harus berbagi untuk kemajuan gerakan dan pencapaian tujuan.

Berbagi dalam hal ini sesuai dengan kemampuan. Yang punya dana, menyumbangkan dana, yang punya ide atau gagasan atau kreativitas, sumbangkan ide atau gagasan, atau kreativitasnya itu. Yang punya waktu dan tenaga bisa menjadi relawan, yang tidak punya dana tapi punya jaringan pertemanan yang kaya ide, gagasan, juga teman kaya harta, boleh juga disumbangkan jaringannya itu.

"Jadikan berbagi sebagai kebutuhan, dan sebaik-baiknya manusia itu yang bermanfaat bagi manusia lain," papar Ridwan.

Dengan dasar dua hal tersebut, maka ia menegaskan gerakan ini akan bisa bergerak lebih cepat dan mencapai lebih banyak.

"Kita tidak perlu menunggu pemerintah yang memang sudah banyak urusannya. Kita bergerak dan jalankan perbaikan ini. Kalau nanti pemerintah sudah bisa ikut dan mendukung dengan kebijakan dan anggaran, itu bonus bagi gerakan," lanjutnya.

Di sisi lain, oleh Sampoerna Foundation yang menjadi motor gerakan ini, Indonesia Berkibar dikenalkan sebagai gerakan public-private partnership, yaitu kemitraan bersama masyarakat, swasta, dan pemerintah.

Dari ketiga komponen itu, masalah, dalam hal ini masalah pendidikan, datang dari masyarakat, yang kemudian dicarikan jalan keluarnya oleh masyarakat juga, yaitu oleh mereka yang punya pengalaman pada masalah itu atau punya keterampilan dan pengetahuan mendalam tentang hal tersebut.

"Kita sebut fasilitator," kata Monique Hardjoko, aktivis gerakan. Bila untuk menyelesaikan masalah itu diperlukan biaya, maka dicarikanlah mitra gerakan. Monique menyebutkan sejumlah perusahaan, baik milik swasta murni maupun badan usaha milik negara memiliki kepedulian itu dengan mengalokasikan dana corporate social responsibility (CSR) milik mereka untuk membantu pembiayaan program.

"Kita semua terhubung antara lain melalui jejaring sosial, pemberitaan, kita saling berbagi informasi, ide, gagasan, dan saling menyemangati untuk pendidikan yang lebih baik. Teman-teman jurnalis, blogger, bisa jadi pemberi pengaruh itu, menjadi influencer," sambung Monique.

Dan seperti dikatakan Ridwan Kamil, pemerintah sejatinya adalah pendukung utama gerakan dengan kebijakan yang dibuatnya.


Kualitas Guru

Sebagai gerakan pembaharuan pendidikan, Gerakan Indonesia Berkibar memulai dengan peningkatan kualitas profesionalisme guru dan hal-hal yang mendukung profesionalisme tersebut.

Menurut Bambang Irianto, praktisi pendidikan yang menjadi fasilitator gerakan ini, Indonesia Berkibar berkomitmen untuk memperkaya, mengenalkan pengetahuan dan keterampilan yang meningkatkan kualitas dan kompetensi guru.

Guru menjadi target karena guru adalah fasilitator yang bisa membangkitkan minat murid atau siswa untuk mengeluarkan semua potensi diri siswa tersebut, diantaranya melalui mata pelajaran yang diajarkannya, selain juga bersama orang tua mengajarkan nilai-nilai moral sehingga anak menjadi manusia yang luhur, yang cerdas, dan juga beriman dan bertakwa.

Program peningkatan profesionalisme guru itu didukung program kepemimpinan pendidikan dan manajemen sekolah, program tata kelola sekolah, dan program lanjutannya.

"Untuk awal ini, kami fokus pada sekolah atau pendidikan formal dulu, walau memang sudah banyak juga yang minta agar pendidikan non formal juga dibantu," kata Bambang Irianto.

Untuk mengetahui lebih banyak tentang gerakan ini, Monique mempersilahkan untuk mengakses laman internet www.indonesiaberkibar.org.

Di situ akan disampaikan antara lain alasan gerakan. Bahwa saat ini kualitas pendidikan Indonesia tidak lebih baik dibandingkan dengan negara berkembang lainnya.

Badan PBB yang mengurusi pendidikan dan kebudayaan, UNESCO, dalam Education for All Global Monitoring Report 2011 menyebutkan indeks perkembangan pendidikan (education development index/EDI) Indonesia berada pada posisi ke-69 dari 127 negara. Posisi indeks ini menurun dibandingkan pada 2010 yang menempatkan Indonesia pada peringkat ke-65.

Posisi EDI Indonsia pada 2011 ini lebih rendah dibandingkan dengan Brunei Darussalam yang menempati posisi ke-34 dan Malaysia yang menempati posisi ke-65.

Hal-hal yang memengaruhi terpuruknya pendidikan di Indonesia yakni rendahnya sarana fisik, kualitas guru, pemerataan kesempatan pendidikan, serta rendahnya relevansi pendidikan dengan kebutuhan.

Selain itu, tingginya biaya pendidikan serta rendahnya visi dan moralitas pendidik juga turut menyebabkan rendahnya kualitas pendidikan Indonesia.  (*)

Pewarta: Novi Abdi

Editor : Arief Mujayatno


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2012