Balikpapan (ANTARA Kaltim) - Tidak kurang dari 20.000 warga dari 3.800 kepala keluarga di Kota Balikpapan, Kalimantan Timur, akan menikmati layanan jaringan gas langsung dengan pipa ke rumah-rumah mereka mulai Oktober 2016.
"Saat ini pembangunan tahap pertama jaringan distribusinya, berupa pipa sampai ke rumah-rumah sudah mencapai 67 persen," kata Direktur Jenderal Minyak dan Gas Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) I Gusti Nyoman Wiratmaja di Balikpapan, Sabtu.
Sebagai bagian dari jaringan gas ini, Kementerian ESDM dan Pemkot Balikpapan sudah menyelesaikan pembangunan stasiun induk di Rapak yang juga juga melayani stasiun pengisian bahan bakar gas untuk kendaraan.
Dirjen Migas memastikan setelah pembangunan jaringan gas tahap pertama ini selesai dan beroperasi, selanjutnya segera dikerjakan tahap kedua pada 2017 untuk menjangkau lebih kurang 4.000 rumah tangga lagi.
"Semuanya bagian dari 60 ribu rumah tangga di seluruh Indonesia. Juga langkah awal dari target 1,3 juta rumah tangga penerima jaringan gas sampai 2019," katanya.
Di wilayah Kalimantan Timur, jaringan gas juga dibangun di Kota Bontang, sementara di Kalimantan Utara ada di Kota Tarakan. Bersama Balikpapan, ketiga kota memang kota industri dan dekat dengan sumber-sumber gas alami.
Cara penjualan gas dengan dipipakan langsung ke rumah-rumah meski mahal dan tidak mudah di awalnya, sebab harus membangun infrastruktur berupa stasiun induk, jaringan pipa, meteran, dan mengedukasi pelanggan, diyakini akan lebih efisien dan murah kemudian.
"Biaya transportasi dari distribusi gas 3 kg atau 12 kg itu cukup signifikan. Belum lagi kemungkinan untuk ditimbun dan memainkan harga. Dengan disalurkan langsung melalui pipa, kita menghemat banyak biaya," kata Humas Pertamina Balikpapan Dian Hapsari.
Pertamina adalah perusahaan yang menjadi pemasok gas untuk jaringan tersebut.
Ia menambahkan penyaluran melalui jaringan gas juga membuat gas lebih hemat karena tidak ada risiko kehilangan seperti saat pengisian ke dalam tabung. Jaringan gas juga diklaim lebih aman karena menggunakan tekanan rendah.
"Memang nanti volume penggunaan elpiji 12 kg dan 3 kg akan berkurang, tapi akan tetap ada pembelinya pada sektor industri rumah tangga," kata Dian. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2016
"Saat ini pembangunan tahap pertama jaringan distribusinya, berupa pipa sampai ke rumah-rumah sudah mencapai 67 persen," kata Direktur Jenderal Minyak dan Gas Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) I Gusti Nyoman Wiratmaja di Balikpapan, Sabtu.
Sebagai bagian dari jaringan gas ini, Kementerian ESDM dan Pemkot Balikpapan sudah menyelesaikan pembangunan stasiun induk di Rapak yang juga juga melayani stasiun pengisian bahan bakar gas untuk kendaraan.
Dirjen Migas memastikan setelah pembangunan jaringan gas tahap pertama ini selesai dan beroperasi, selanjutnya segera dikerjakan tahap kedua pada 2017 untuk menjangkau lebih kurang 4.000 rumah tangga lagi.
"Semuanya bagian dari 60 ribu rumah tangga di seluruh Indonesia. Juga langkah awal dari target 1,3 juta rumah tangga penerima jaringan gas sampai 2019," katanya.
Di wilayah Kalimantan Timur, jaringan gas juga dibangun di Kota Bontang, sementara di Kalimantan Utara ada di Kota Tarakan. Bersama Balikpapan, ketiga kota memang kota industri dan dekat dengan sumber-sumber gas alami.
Cara penjualan gas dengan dipipakan langsung ke rumah-rumah meski mahal dan tidak mudah di awalnya, sebab harus membangun infrastruktur berupa stasiun induk, jaringan pipa, meteran, dan mengedukasi pelanggan, diyakini akan lebih efisien dan murah kemudian.
"Biaya transportasi dari distribusi gas 3 kg atau 12 kg itu cukup signifikan. Belum lagi kemungkinan untuk ditimbun dan memainkan harga. Dengan disalurkan langsung melalui pipa, kita menghemat banyak biaya," kata Humas Pertamina Balikpapan Dian Hapsari.
Pertamina adalah perusahaan yang menjadi pemasok gas untuk jaringan tersebut.
Ia menambahkan penyaluran melalui jaringan gas juga membuat gas lebih hemat karena tidak ada risiko kehilangan seperti saat pengisian ke dalam tabung. Jaringan gas juga diklaim lebih aman karena menggunakan tekanan rendah.
"Memang nanti volume penggunaan elpiji 12 kg dan 3 kg akan berkurang, tapi akan tetap ada pembelinya pada sektor industri rumah tangga," kata Dian. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2016