Jakarta (ANTARA Kaltim) - Mantan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdatul Ulama KH Hasyim Muzadi bertemu dengan Kepala Badan Narkotika Nasional Budi Waseso, di Jakarta, Jumat, membahas permasalahan narkoba yang kompleks hingga tidak ada satu tempat pun bersih dari penyalahgunaan narkoba.

Narkoba telah menyasar segala lapisan, dari mulai oknum aparat hingga ke lingkungan religius seperti pesantren.

Hasyim sebagai anggota Dewan Pertimbangan Presiden, menegaskan perlunya sebuah gerakan nasional dengan melibatkan partisipasi masyarakat secara masif dalam rangka melakukan penanggulangan narkoba secara serius.

"Bagaimana caranya kita membuat gerakan nasional yang masif tetapi efektif dalam pemberantasan narkoba, karena dampak narkoba lebih dahsyat daripada teroris," katanya.

Menurut Hasyim, sebuah gerakan dengan partisipasi yang nyata memang belum maksimal.

Ia menyebutkan perlu ada sebuah perumusan yang lebih komprehensif agar gerakan nasional ini bisa lebih tepat sasaran.

Terkait dengan hal tersebut, Hasyim secara langsung mengajukan permintaan agar Kepala BNN dapat menghadiri pertemuan dengan para kyai dalam rangka merumuskan pola-pola partisipasi yang efektif dalam rangka mencegah maraknya penyalahgunaan dan peredaran narkoba.

Di belakang Universitas Indonesia ada sebuah pondok tempat berkumpulnya para kyai dari seluruh Indonesia, kami undang Pak Budi untuk mengisi acara dan membahas rumusan tentang bentuk partisipasi masyarakat yang bisa dimaksimalkan," kata Hasyim.

Menanggapi permintaan tersebut, Kepala BNN menyambutnya dengan penuh antusias.

Budi biasa akrab disapa Buwas mengatakan perlu untuk duduk bersama dengan para ulama untuk membahas langkah progresif ke depan dalam upaya penanggulangan narkoba.

Saat bertatap muka dengan Hasyim, Kepala BNN mengungkapkan peran orang tua juga perlu direvitalisasi dalam rangka melakukan pencegahan dini mulai unit terkecil yaitu keluarga hingga pengawasan yang kuat di tengah masyarakat.

Dalam pertemuan tersebut, Buwas juga mengungkapkan tentang temuan kasus penyalahgunaan narkoba oleh santri yang memiliki pemahaman yang keliru tentang narkoba. Oknum santri tersebut mengonsumsi narkoba karena ingin lebih menguatkan fisiknya untuk berzikir lebih lama.

"Pemahaman salah seperti itu harus segera diluruskan," kata Buwas.     (*)

Pewarta: Susylo Asmalyah

Editor : Amirullah


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2016