Samarinda (ANTARA Kaltim) -  Perdagangan souvenir atau aksesoris yang mengandung tempurung penyu sisik atau "eretmochelys imbricata" di Tanjung Redeb, Kabupaten Berau, Kalimantan Timur, cenderung meningkat lagi, kata Koordinator Profauna Borneo, Bayu Sandi.

"Jenis souvenir yang dijual dan terindikasi mengandung karapas penyu sisik tersebut yakni, dalam bentuk gelang, mata kalung dan cincin yang dijual dengan harga antara Rp10.000 hingga Rp70.000 per item," ungkap Bayu Sandi, dihubungi dari Samarinda, Jumat.

Berdasarkan pantauan Protection of Forest & Fauna (Profauna), sebuah lembaga berjaringan internasional yang bergerak di bidang perlindungan dan pelestarian satwa liar dan habitatnya kata Bayu Sandi, pada Juni 2015, ada lebih dari 700 buah souvenir yang mengandung karapas penyu sisik yang dijual di Pasar Aji Dilayas dan dua toko di Tanjung Redeb, Kabupaten Berau.

Selain souvenir yang mengandung penyu sisik, Profauna lanjut Bayu Sandi juga masih menemukan telur penyu yang diperdagangkan di Pasar Aji Dilayas.

"Meningkatnya lagi perdagangan penyu ini memprihatinkan, karena sebelumnya pada Februari 2015 perdagangan penyu di Tanjung Redeb ini sudah menurun," katanya.

"Perdagangan penyu termasuk bagiannya, seperti telur dan karapas penyu itu melanggar hukum sehingga perlu ada tindakan tegas dari pemerintah agar perdagangannya tidak semakin meluas," ungkap Bayu Sandi.

Larangan perdagangan penyu termasuk bagiannya itu tambah Bayu Sandi, diatur dalam Undang-undang Nomor 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya.

"Perdagangan satwa dilindungi seperti penyu itu diancam dengan hukuman penjara maksimum 5 tahun dan denda Rp 100 juta," tegas Bayu Sandi.

Sebelumnya, yakni pada 8 Oktober 2014, Profauna, sempat melaporkan perdagangan souvenir yang menggunakan karapas (tempurung) "eretmochelys imbricata" atau penyu sisik di Kabupaten Berau. Laporan tersebut disampaikan ke Seksi Konservasi Sumber Daya Alam (SDA) BKSDA Kabupaten Berau.

Setelah laporan tersebut, penjualan cinderamata yang terbuat dari bagian tubuh penyu sisik di Tanjung Redeb mulai menurun dan pada pada Februari 2015 Profauna menemukan hanya ada satu toko yang masih menyimpan cinderamata dari penyu sisik.

Namun pada Juni 2015, penjualan cinderamata mengandung karapas kembali meningkat. (*)

Pewarta: Amirullah

Editor : Rahmad


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2015