Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Kalimantan Timur Sunarto menguraikan cara cepat untuk mengatasi stunting di wilayah tersebut.
 
"Mengatasi stunting memang harus dimulai dari mendeteksi pemicunya. Maka hal paling dasar, kami fokus pada keluarga yang berisiko tinggi mengalami stunting," katanya di Samarinda, Minggu.
 
Sunarto melanjutkan bahwa cara pencegahan stunting yang efektif dimulai dari memastikan kondisi gizi dari hulu, yakni remaja putri, terutama calon pengantin.
 
"Remaja putri harus dipastikan tidak mengalami anemia, karena anemia pada remaja putri dapat meningkatkan risiko stunting pada anak yang akan dilahirkan," ujarnya.
 
Oleh karena itu, perhatian khusus diberikan pada kesehatan remaja putri agar mereka siap menghadapi kehamilan dengan kondisi tubuh yang optimal.
 
Kelompok sasaran kedua dari BKKBN Kaltim dalam penekanan stunting adalah para ibu hamil. Sunarto menekankan pentingnya pemeriksaan kehamilan secara rutin sebanyak enam kali, ditambah dua kali pemeriksaan ultrasonografi (USG).

Baca juga: Sekda laporkan penanganan stunting di Kaltim kepada Menko PMK
 
"Pemeriksaan ini bertujuan untuk memastikan bahwa janin yang dikandung dalam kondisi sehat. Selain itu, ibu hamil juga diharapkan mendapatkan asupan gizi yang cukup untuk mendukung perkembangan janin," jelasnya.
 
Setelah melahirkan, kata Sunarto, ibu juga harus mendapatkan perhatian khusus. BKKBN Kaltim mendorong pemberian alat kontrasepsi pasca persalinan untuk memberi kesempatan kepada ibu dalam memberikan pengasuhan yang baik dan benar, serta memberikan ASI eksklusif selama enam bulan pertama kehidupan bayi.
 
"Bayi juga harus mendapatkan imunisasi dasar lengkap hingga usia lima tahun," ungkap Sunarto.
 
BKKBN Kaltim telah meluncurkan program Generasi Berencana (GenRe) yang melibatkan remaja dalam upaya pencegahan stunting.
 
Program ini mencakup pembentukan Pusat Informasi dan Konseling Remaja (PIK-R) di setiap kelurahan dan desa.

Baca juga: Menko PMK ajak masyarakat Penajam cegah stunting siapkan SDM unggul
 
"Tujuannya adalah untuk mengedukasi remaja putri tentang pentingnya kesehatan reproduksi dan pencegahan anemia," kata Sunarto.
 
Selain itu, BKKBN Kaltim juga memiliki program Bina Keluarga Balita (BKB) yang fokus pada keluarga yang memiliki balita. Program tersebut bertujuan untuk memberikan edukasi kepada ibu tentang pengasuhan yang baik dan benar.
 
"Kami juga memiliki kelas ibu hamil yang bekerja sama dengan Dinas Kesehatan setempat untuk memastikan ibu hamil mendapatkan informasi dan dukungan yang diperlukan," tambahnya.
 
Sunarto mengakui bahwa penurunan angka stunting di Kalimantan Timur masih lambat, hanya turun satu persen dari 23,9 persen menjadi 22,9 persen. Oleh karena itu, BKKBN Kaltim mengubah strategi dengan menerapkan program Seleksi, Dampingan, dan Aksi (SIDAK).
 
"Kami mengkategorikan keluarga berisiko stunting menjadi prioritas dan super prioritas. Keluarga yang masuk kategori super prioritas akan mendapatkan pendampingan intensif dan bantuan tambahan makanan untuk mempercepat perbaikan gizi," jelasnya.

Baca juga: Keuskupan Agung Samarinda ajak pemkot kolaborasi menekan stunting
 
Dengan pendekatan SIDAK, BKKBN Kaltim berharap dapat mempercepat penurunan angka stunting di wilayah tersebut.
 
Sunarto optimistis bahwa dengan dukungan dari berbagai pihak, target penurunan angka stunting menjadi 21,3 persen pada akhir tahun 2024 dapat tercapai.
 
BKKBN Kaltim terus berkolaborasi dengan pemerintah daerah, swasta, dan masyarakat dalam upaya penurunan stunting. Salah satu upaya tak kalah efektif yang dilakukan adalah melibatkan Bapak Asuh Anak Stunting untuk membantu anak-anak di daerah terhindar dari potensial tengkes.
 
"Peran kepala keluarga sangat penting dalam upaya penurunan stunting. Kebiasaan makan bersama dalam keluarga dapat menanamkan pola makan sehat pada anak-anak," demikian Sunarto.

Pewarta: Ahmad Rifandi

Editor : Imam Santoso


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2024