Tim Satgas Stunting Keuskupan Agung Samarinda (KASRI) mengajak pemerintah kota setempat untuk berkolaborasi menekan angka kasus stunting di wilayah tersebut.
"Kami terus berupaya mengungkap kasus stunting di wilayah Kota Samarinda. Sejak dibentuk pada Agustus 2023, tim kami telah melakukan berbagai upaya, mulai dari pemeriksaan fisik, observasi, hingga wawancara dengan warga yang diduga anaknya mengalami stunting," kata Ketua Tim Satgas Stunting Keuskupan Agung Samarinda (KASRI) Pastor Benediktus Indropraptono di Samarinda, Kamis.
Pada pertemuan bersama Wakil Wali Kota Samarinda Rusmadi Wongso, pihaknya menguraikan hasil pendataan sementara hingga Juni 2024 menunjukkan adanya 98 anak terduga stunting dari tiga paroki yang telah diasesmen. Angka ini cukup mengkhawatirkan dan membutuhkan penanganan serius.
"Kami menemukan beberapa kendala dalam proses pendataan stunting. Banyak umat yang sulit dihubungi, bahkan ada yang alamatnya tidak lengkap. Selain itu, masih ada pula umat yang belum terdaftar di lingkungannya," ujar Indropraptono.
Lanjutnya, kendala-kendala tersebut menunjukkan perlunya perbaikan sistem pendataan dan peningkatan kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan anak.
Indropraptono menegaskan skrining yang dilakukan oleh timnya hanyalah langkah awal. Diagnosis stunting yang pasti harus ditegakkan oleh dokter spesialis anak.
"Kami berharap anak-anak yang terindikasi stunting ini dapat diikutsertakan dalam program pemerintah untuk mengatasi tengkes," kata Indropraptono.
Wakil Walikota Samarinda Rusmadi menyambut baik inisiatif Satgas Stunting Keuskupan Agung Samarinda. "Kerja sama lintas sektor seperti ini sangat penting untuk percepatan penurunan stunting di Kota Samarinda," ujarnya.
Sebelumnya, pada Juni 2023, Keuskupan Agung Samarinda telah mendeklarasikan dukungannya terhadap upaya pemerintah dalam percepatan penurunan stunting di Kalimantan Timur. Deklarasi ini menjadi landasan bagi pembentukan Tim Satgas Stunting KASRI.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2024
"Kami terus berupaya mengungkap kasus stunting di wilayah Kota Samarinda. Sejak dibentuk pada Agustus 2023, tim kami telah melakukan berbagai upaya, mulai dari pemeriksaan fisik, observasi, hingga wawancara dengan warga yang diduga anaknya mengalami stunting," kata Ketua Tim Satgas Stunting Keuskupan Agung Samarinda (KASRI) Pastor Benediktus Indropraptono di Samarinda, Kamis.
Pada pertemuan bersama Wakil Wali Kota Samarinda Rusmadi Wongso, pihaknya menguraikan hasil pendataan sementara hingga Juni 2024 menunjukkan adanya 98 anak terduga stunting dari tiga paroki yang telah diasesmen. Angka ini cukup mengkhawatirkan dan membutuhkan penanganan serius.
"Kami menemukan beberapa kendala dalam proses pendataan stunting. Banyak umat yang sulit dihubungi, bahkan ada yang alamatnya tidak lengkap. Selain itu, masih ada pula umat yang belum terdaftar di lingkungannya," ujar Indropraptono.
Lanjutnya, kendala-kendala tersebut menunjukkan perlunya perbaikan sistem pendataan dan peningkatan kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan anak.
Indropraptono menegaskan skrining yang dilakukan oleh timnya hanyalah langkah awal. Diagnosis stunting yang pasti harus ditegakkan oleh dokter spesialis anak.
"Kami berharap anak-anak yang terindikasi stunting ini dapat diikutsertakan dalam program pemerintah untuk mengatasi tengkes," kata Indropraptono.
Wakil Walikota Samarinda Rusmadi menyambut baik inisiatif Satgas Stunting Keuskupan Agung Samarinda. "Kerja sama lintas sektor seperti ini sangat penting untuk percepatan penurunan stunting di Kota Samarinda," ujarnya.
Sebelumnya, pada Juni 2023, Keuskupan Agung Samarinda telah mendeklarasikan dukungannya terhadap upaya pemerintah dalam percepatan penurunan stunting di Kalimantan Timur. Deklarasi ini menjadi landasan bagi pembentukan Tim Satgas Stunting KASRI.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2024