Balikpapan (ANTARA Kaltim)- Inge, seekor orangutan betina berusia 15 tahun, menjadi orangutan ke-100 sejak 2012 yang dilepas Yayasan Penyelamatan Orangutan Kalimantan (Borneo Orangutan Survival Foundation, BOSF) ke habitat aslinya di Hutan Kehje Sewen, Kutai Timur, Kalimantan Timur.
"Susah dipercaya," kata Syahrul, instruktur dari Sekolah Hutan, Samboja Lestari, yang membuka kandang Inge di Gunung Belah, di Hutan Kehje Sewen.
Syahrul mengenal Inge sebagai orangutan yang dulunya manja.
"Tapi lihatlah dia sekarang, sangat mandiri, dan siap memulai hidup baru," kata Syahrul lagi, yang tahun ini 17 tahun bekerja sebagai instruktur di Sekolah Hutan Samboja Lestari.
Saat kandangnya dibuka, Inge yang tenang perlahan keluar, berhenti sejenak untuk melihat keadaan, sebelum meraih dahan pohon magnolia dan mulai memanjat naik.
Bahkan, saat memanjat, ia sudah meraih daun dan mulai makan.
"Inge itu memang sangat ahli dalam mengidentifikasi makanan di hutan," kata Duala Oktoriani, staf komunikasi Samboja Lestari. Ada sekitar 150 jenis buah dan dedaunan yang bisa dan biasa dimakan orangutan di hutan. Mulai dari cempedak hingga durian.
Seperti ditulis laman orangutan.or.id, laman yang dikelola BOSF, Syahrul menjadi manusia terakhir yang terdekat dengan orangutan yang hampir sepanjang hidupnya itu tinggal di Kawasan Rehabilitasi Orangutan Samboja Lestari itu.
Inge pertama kali dibawa ke Samboja Lestari saat berusia 3 tahun di bulan Maret 2003. Ia diserahkan pemiliknya yang lama, seorang warga Bontang yang memeliharanya sejak berusia 6 bulan.
Menurut si pemilik itu, ia membeli bayi Inge seharga Rp30.000 dari penjual satwa liar gelap.
"Inge tumbuh menjadi bayi orangutan yang manja, suka kebersihan, dan untuk ukuran orangutan, wajahnya cantik dengan rambut yang panjang," tutur Wiwik Lestari, Koordinator Kesejahteraan Hewan dan Sekolah Hutan di Samboja Lestari.
Rambut Inge khas orangutan Kalimantan Timur (Pongo pygmaeus morio), yang panjang dan cokelat kemerahan.
Bersama banyak orangutan lain, Inge belajar menjadi orangutan liar di Sekolah Hutan yang dipimpin Wiwik.
Teman seangkatannya adalah adalah Acong, Agus, Mayang, Noel, dan Siwie, yang bersama-sama dia lulus Sekolah Hutan dan diliarkan bersama di Gunung Belah Kehje Sewen.
Sebelumnya para orangutan dengan didampingi banyak petugas dan staf BOSF bermobil selama satu jam dari Samboja Lestari, 50 km utara Balikpapan ke Bandara Sepinggan.
Hutan Kehje Sewen, tempat pelepasan mereka, berjarak lebih kurang 600 km utara Balikpapan. Perlu 60 menit terbang dengan pesawat Cessna jenis Grand Caravan dari Balikpapan dan mendarat di Bandara Uyang Lahai, di Kampung Miau Baru, Muara Wahau.
Setelah itu para orangutan melanjutkan penerbangan ke Kehje Sewen dengan helikopter selama 50 menit berikutnya. Karena helikopter tidak memiliki ruang kargo, kandang-kandang yang berisi orangutan diikat dengan sling baja sementara helikopter membumbung naik.
Sekali jalan, helikopter sanggup membawa 3 kandang berisi orangutan. Acong, Agus, dan Mayang menjadi yang pertama diterbangkan setelah tiba di Uyang Lahai. Pada pukul 14.00, giliran Inge, Noel, dan Siwie.
"Karena jarak dan moda tranportasi ini, perlu tidak kurang dari Rp600 juta sekali melepaskan mereka," kata drh Agus.
Sehari sebelumnya, pada Minggu (13/10) kemarin, BOSF juga melepaskan Emerson, jantan berusia 26 tahun yang rentang tangannya mencapai 180 cm. Emerson yang setengah liar dilepas bareng orangutan-orangutan setengah liar lainnya, yaitu dua betina, Sarmi dan Mona yang berusia 20 tahun. Ketiganya dilepaskan di kawasan Sungai Lembu, bagian lain dari Hutan Kehje Sewen yang cukup jauh dari Gunung Belah, tempat Inge dan kawan-kawan dilepaskan.
"Memang harus jauh, sebab untuk beberapa waktu orangutan setengah liar seperti Emerson, naluri bertahan hidup alaminya bukan tandingan orangutan hasil didikan manusia seperti Acong dan kawan-kawannya itu. Orangutan hasil rehabilitasi, yang umumnya kami didik sejak kecil di Samboja Lestari, perlu waktu sedikit lebih lama sampai betul-betul jadi liar lagi," papar drh Agus.
Seluruh orangutan di Samboja Lestari diharapkan bisa dilepas pada 2017 mendatang. Program itu dicanangkan pemerintah mulai 2012 lalu. Pada pelepasliaran yang pertama ke Kehje Sewen, April 2012, Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa, Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan, dan Menteri Lingkungan Hidup Balthasar Kambuaya mengangkat sendiri kandang-kandang berisi Casey, Mail, dan Lesan menuju helikopter M16 milik TNI-AU yang mengantarkan ketiga orangutan langsung ke Kehje Sewen dari Samboja Lestari. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2013
"Susah dipercaya," kata Syahrul, instruktur dari Sekolah Hutan, Samboja Lestari, yang membuka kandang Inge di Gunung Belah, di Hutan Kehje Sewen.
Syahrul mengenal Inge sebagai orangutan yang dulunya manja.
"Tapi lihatlah dia sekarang, sangat mandiri, dan siap memulai hidup baru," kata Syahrul lagi, yang tahun ini 17 tahun bekerja sebagai instruktur di Sekolah Hutan Samboja Lestari.
Saat kandangnya dibuka, Inge yang tenang perlahan keluar, berhenti sejenak untuk melihat keadaan, sebelum meraih dahan pohon magnolia dan mulai memanjat naik.
Bahkan, saat memanjat, ia sudah meraih daun dan mulai makan.
"Inge itu memang sangat ahli dalam mengidentifikasi makanan di hutan," kata Duala Oktoriani, staf komunikasi Samboja Lestari. Ada sekitar 150 jenis buah dan dedaunan yang bisa dan biasa dimakan orangutan di hutan. Mulai dari cempedak hingga durian.
Seperti ditulis laman orangutan.or.id, laman yang dikelola BOSF, Syahrul menjadi manusia terakhir yang terdekat dengan orangutan yang hampir sepanjang hidupnya itu tinggal di Kawasan Rehabilitasi Orangutan Samboja Lestari itu.
Inge pertama kali dibawa ke Samboja Lestari saat berusia 3 tahun di bulan Maret 2003. Ia diserahkan pemiliknya yang lama, seorang warga Bontang yang memeliharanya sejak berusia 6 bulan.
Menurut si pemilik itu, ia membeli bayi Inge seharga Rp30.000 dari penjual satwa liar gelap.
"Inge tumbuh menjadi bayi orangutan yang manja, suka kebersihan, dan untuk ukuran orangutan, wajahnya cantik dengan rambut yang panjang," tutur Wiwik Lestari, Koordinator Kesejahteraan Hewan dan Sekolah Hutan di Samboja Lestari.
Rambut Inge khas orangutan Kalimantan Timur (Pongo pygmaeus morio), yang panjang dan cokelat kemerahan.
Bersama banyak orangutan lain, Inge belajar menjadi orangutan liar di Sekolah Hutan yang dipimpin Wiwik.
Teman seangkatannya adalah adalah Acong, Agus, Mayang, Noel, dan Siwie, yang bersama-sama dia lulus Sekolah Hutan dan diliarkan bersama di Gunung Belah Kehje Sewen.
Sebelumnya para orangutan dengan didampingi banyak petugas dan staf BOSF bermobil selama satu jam dari Samboja Lestari, 50 km utara Balikpapan ke Bandara Sepinggan.
Hutan Kehje Sewen, tempat pelepasan mereka, berjarak lebih kurang 600 km utara Balikpapan. Perlu 60 menit terbang dengan pesawat Cessna jenis Grand Caravan dari Balikpapan dan mendarat di Bandara Uyang Lahai, di Kampung Miau Baru, Muara Wahau.
Setelah itu para orangutan melanjutkan penerbangan ke Kehje Sewen dengan helikopter selama 50 menit berikutnya. Karena helikopter tidak memiliki ruang kargo, kandang-kandang yang berisi orangutan diikat dengan sling baja sementara helikopter membumbung naik.
Sekali jalan, helikopter sanggup membawa 3 kandang berisi orangutan. Acong, Agus, dan Mayang menjadi yang pertama diterbangkan setelah tiba di Uyang Lahai. Pada pukul 14.00, giliran Inge, Noel, dan Siwie.
"Karena jarak dan moda tranportasi ini, perlu tidak kurang dari Rp600 juta sekali melepaskan mereka," kata drh Agus.
Sehari sebelumnya, pada Minggu (13/10) kemarin, BOSF juga melepaskan Emerson, jantan berusia 26 tahun yang rentang tangannya mencapai 180 cm. Emerson yang setengah liar dilepas bareng orangutan-orangutan setengah liar lainnya, yaitu dua betina, Sarmi dan Mona yang berusia 20 tahun. Ketiganya dilepaskan di kawasan Sungai Lembu, bagian lain dari Hutan Kehje Sewen yang cukup jauh dari Gunung Belah, tempat Inge dan kawan-kawan dilepaskan.
"Memang harus jauh, sebab untuk beberapa waktu orangutan setengah liar seperti Emerson, naluri bertahan hidup alaminya bukan tandingan orangutan hasil didikan manusia seperti Acong dan kawan-kawannya itu. Orangutan hasil rehabilitasi, yang umumnya kami didik sejak kecil di Samboja Lestari, perlu waktu sedikit lebih lama sampai betul-betul jadi liar lagi," papar drh Agus.
Seluruh orangutan di Samboja Lestari diharapkan bisa dilepas pada 2017 mendatang. Program itu dicanangkan pemerintah mulai 2012 lalu. Pada pelepasliaran yang pertama ke Kehje Sewen, April 2012, Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa, Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan, dan Menteri Lingkungan Hidup Balthasar Kambuaya mengangkat sendiri kandang-kandang berisi Casey, Mail, dan Lesan menuju helikopter M16 milik TNI-AU yang mengantarkan ketiga orangutan langsung ke Kehje Sewen dari Samboja Lestari. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2013