Musim hujan tahun 2022 di Kota Balikpapan sudah mencatatkan 610 kasus demam berdarah dengue (DBD)  dua kasus warga mengalami kematian.


“Kasus kematian terjadi di Balikpapan Selatan,” kata Kepala Dinas Kesehatan (Kadinkes) dr Andi Sri Juliarty, Minggu.

Dengan perkembangan ini, Dinas Kesehatan kembali mengingatkan dan menggiatkan program-program pencegahan demam berdarah. Kader Jumantik terus bergerak dan gerakan 3M kembali digaungkan.

Kader Jumantik atau juru pemantau jentik adalah petugas relawan di setiap lingkungan yang bertugas mendatangi rumah-rumah warga ataupun memperhatikan lingkungannya agar tidak ada tempat bagi nyamuk Aedes aegypti untuk berkembang biak.

Nyamuk pembawa virus demam berdarah tersebut memerlukan air bersih yang tergenang atau air yang tertampung sebagai tempat menaruh telurnya. Nyamuk betina yang bisa bertelur itu sebelumnya harus menggigit dan mengisap darah orang atau binatang untuk mendapatkan protein agar telurnya bisa berkembang dan saat ditelurkan nanti bisa hidup menjadi nyamuk.

Karena itu kader jumantik yang berada di bawah binaan Puskesmas akan selalu mengingatkan warga agar jangan sampai ada genangan air bersih, atau penampungan air bersih yang terbuka sehingga bisa menjadi tempat nyamuk bertelur.

“Kalau memang bak mandi besar atau drumnya juga besar sehingga tidak bisa ditutup, bisa diberi larutan abate, larutan yang bisa membunuh jentik larva nyamuk,” kata M Yahya, Ketua RT 24 Taman Sari. Dengan demikian, meski terbuka dan jadi tempat bertelur nyamuk, namun karena airnya mengandung abate, maka telur nyamuk tidak akan bisa berkembang. Bila sudah sempat ada larva sebelum diberi abate, maka larva-nya akan segera mati.

Abate tersedia murah di apotek.

Kalau gerakan 3M adalah gerakan sederhana yang meminta warga menguras, mengubur, dan menutup tempat-tempat penampungan air. Bak mandi harus sering dikuras airnya dan diganti, begitu juga tempat minum satwa peliharaan, dan tempat air bersih seperti gentong atau ember persediaan air minum, agar ditutup rapat.

Gerakan 3M juga hampir selalu diartikan dengan kerja batik, gotong royong membersihkan lingkungan, baik perumahan atau pun lingkungan kerja seperti perkantoran, sekolah, juga fasilitas umum.

Ia menambahkan, kalau lingkungan ada yang memerlukan untuk diberi fogging atau pengasapan untuk membunuh nyamuk, maka pihaknya akan mengirim petugas ke lingkungan tersebut.

Namun demikian, fogging baru bisa diberikan bila menurut pengamatan epidemiologi atau keadaan penyebaran wabah mengharuskan.

“Jika memang jentik banyak baru kami dilakukan fogging,” tegas Kadinkes.

Dinas Kesehatan juga telah menyiagakan Puskesmas dan rumah sakit untuk mewaspadai kasus DBD. Baik itu menyiapkan obat-obat menyiapkan cairan infus, dan koordinasi dengan PMI (Palang Merah Indonesia) Balikpapan jika butuh trombosit darah.

Pada tahun  2021 ada 4 orang meninggal dunia sebab DBD, ujar Kadinkes Juliarty seraya mengimbau, karena DBD gejala awalnya sama seperti COVID-19, yaitu dimulai dari demam, maka saat kondisi demam segera ke fasilitas pelayanan kesehatan seperti Puskesmas, klinik, atau rumah sakit terdekat.

Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kaltim Jaya Mualimin mengatakan, untuk Kota Balikpapan kasus kematian DBD masih sedikit dibanding daerah lain di Kaltim. DBD terbanyak terjadi di Samarinda, Bontang, Kutai Barat, dan Mahakam Ulu. “Total kematian akibat DBD di Kaltim ada 24 kejadian, dari 3.034 kasus yang terjadi,” ungkap Mualimin di Balikpapan.

Angka 3.034 kejadian di Kaltim tersebut yang terbesar yang terjadi di luar Pulau Jawa. Angka itu juga sudah melewati jumlah kejadian tahun lalu yang 2.900 kasus.

“Jadi kami terus berkoordinasi dan menjalankan semua upaya untuk mencegah kasus ini terus bertambah,” tegas Kadinkes Kaltim Mualimin. 
 

 

Pewarta: Novi Abdi

Editor : Rahmad


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2022