Tenggarong (ANTARA Kaltim) - Ikan olahan dalam bentuk ikan asin kering seperti Gabus, Kendia, Sepat dan Repang, hasil tangkapan nelayan di Danau Semayang dan Melintang Kutai Kartanegara, ternyata tidak hanya diminati warga di Pulau Jawa dan Jakarta, tetapi juga menjadi komoditas ekspor.
Abdul Muin, warga Desa Semayang, Kecamatan Kenohan, Kutai Kartanegara, saat ditemui akhir pekan lalu mengakui jika setiap hari di rumah rakitnya menerima berbagai jenis dan ukuran ikan hasil tangkapan nelayan Danau Semayang maupun Melintang.
Dibantu empat orang pembantunya, ikan-ikan tersebut kemudian diolahnya kembali menjadi ikan kering. Proses pengolahan ikan kering ini juga tidak begitu sulit dan sangat sederhana.
Pertama ikan disiangi dibuang organ perutnya hingga menyisakan daging ikan saja.
Setelah bersih ikan dari berbagai jenis dan ukuran itu direndam semalaman dalam bak berisi air garam non yodium.
Kemudian pagi hari ikan yang sudah terasa asin itu diangkat untuk dilakukan penjemuran di panas matahari. Proses penjemuran inilah yang menentukan kualitas produk.
"Jika panas terik 3 hari ikan sudah kering," ujarnya.
Jika sudah dianggap kering ikan lalu dikumpulkan dan dipilah pilah sesuai jenis dan ukurannya. Setelah proses pemilahan selesai ikan dikemas ke dalam kotak karton tebal yang sudah berlabel dengan berat masing masing 25 kilogram.
Setelah dikemas maka dalam waktu 3 hari ikan harus sudah sampai di Jakarta.
Menurutnya, ikan kering olahannya itu paling mahal harga perkilonya adalah jenis Gabus.
Untuk gabus ukuran kecil Rp 45 ribu perkilo sedang ukuran besar Rp70 ribu per kg. "Ada empat jenis ukuran untuk ikan gabus ini," katanya.
Sedang ikan kering termurah adalah jenis ikan Kendia seharga Rp13 ribu per kg sedang ikan Sepat Rp30 ribu per kg dan Repang Rp15 ribu per kg.
Dikatakannya setiap pekan pihaknya mampu minimal mengirim semua jenis ikan asin itu sekitar 6 ton.
"Tujuan pengiriman utamanya adalah Jakarta," katanya.
Dari Jakarta kemudian disebar ke berbagai daerah di Pulau Jawa. Bahkan ikan hasil tangkapan di perairan danau Semayang dan Melintang ini ada yang diekspor keluar negeri, seperti ke Daratan Cina maupun di beberapa wilayah Asia Timur lainnya termasuk negara tetangga Brunei, Thailand, Singapore dan Malaysia.
"Ikan olahan kami diminati konsumen karena dalam pengolahannya tidak menggunakan bahan kimia sama sekali. Ikan kering produk kami benar-benar diolah secara alami," ujarnya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2013
Abdul Muin, warga Desa Semayang, Kecamatan Kenohan, Kutai Kartanegara, saat ditemui akhir pekan lalu mengakui jika setiap hari di rumah rakitnya menerima berbagai jenis dan ukuran ikan hasil tangkapan nelayan Danau Semayang maupun Melintang.
Dibantu empat orang pembantunya, ikan-ikan tersebut kemudian diolahnya kembali menjadi ikan kering. Proses pengolahan ikan kering ini juga tidak begitu sulit dan sangat sederhana.
Pertama ikan disiangi dibuang organ perutnya hingga menyisakan daging ikan saja.
Setelah bersih ikan dari berbagai jenis dan ukuran itu direndam semalaman dalam bak berisi air garam non yodium.
Kemudian pagi hari ikan yang sudah terasa asin itu diangkat untuk dilakukan penjemuran di panas matahari. Proses penjemuran inilah yang menentukan kualitas produk.
"Jika panas terik 3 hari ikan sudah kering," ujarnya.
Jika sudah dianggap kering ikan lalu dikumpulkan dan dipilah pilah sesuai jenis dan ukurannya. Setelah proses pemilahan selesai ikan dikemas ke dalam kotak karton tebal yang sudah berlabel dengan berat masing masing 25 kilogram.
Setelah dikemas maka dalam waktu 3 hari ikan harus sudah sampai di Jakarta.
Menurutnya, ikan kering olahannya itu paling mahal harga perkilonya adalah jenis Gabus.
Untuk gabus ukuran kecil Rp 45 ribu perkilo sedang ukuran besar Rp70 ribu per kg. "Ada empat jenis ukuran untuk ikan gabus ini," katanya.
Sedang ikan kering termurah adalah jenis ikan Kendia seharga Rp13 ribu per kg sedang ikan Sepat Rp30 ribu per kg dan Repang Rp15 ribu per kg.
Dikatakannya setiap pekan pihaknya mampu minimal mengirim semua jenis ikan asin itu sekitar 6 ton.
"Tujuan pengiriman utamanya adalah Jakarta," katanya.
Dari Jakarta kemudian disebar ke berbagai daerah di Pulau Jawa. Bahkan ikan hasil tangkapan di perairan danau Semayang dan Melintang ini ada yang diekspor keluar negeri, seperti ke Daratan Cina maupun di beberapa wilayah Asia Timur lainnya termasuk negara tetangga Brunei, Thailand, Singapore dan Malaysia.
"Ikan olahan kami diminati konsumen karena dalam pengolahannya tidak menggunakan bahan kimia sama sekali. Ikan kering produk kami benar-benar diolah secara alami," ujarnya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2013