Sesuai data resmi PB PON maka berikut posisi 10 besar pada pesta akbar olahraga "multi-event" di tanah air itu, yakni DKI Jakarta (105 – 101 – 109 : 315), Jawa Barat (100 – 78 – 101 : 279), Jawa Timur (85 – 82 – 85 : 252), Jawa Tengah (47 – 52 – 67 : 166), Kalimatan Timur (43 – 45 – 48 : 136), Riau (42 – 39 – 51 : 132), Sulawesi Selatan (19 – 17 – 20 : 56) Sumatera Utara (15 – 19 – 21 : 55), Bali (15 – 16 – 29 : 60) dan Lampung (15 – 9 – 10 :
34).
Posisi lima besar bagi Kaltim bisa dikatakan sebagai pencapaian yang prestisius seperti diungkapkan oleh Ketua Umum KONI Kaltim Harbiansyah Hanafiah,"Hasil ini sangat membanggakan, tentu berkat kerja keras semua pihak yang terlibat, termasuk berkat doa rakyat Kaltim".
Posisi lima besar, tentu hal yang luar biasa bagi Kaltim karena harus bersaing ketat dengan salah satu provinsi di Pulau Jawa, yakni Jawa Tengah, bahkan dua hari menjelang berakhir event tersebut terjadi saling kejar posisi sehingga Kaltim dalam klasemen sementara sempat menduduki posisi empat besar sebelum kembali dislip oleh Jateng.
Seperti menjadi "tradisi" bahwa posisi puncak" (elit lima besar) hanya akan diduduki oleh tiga provinsi di Pulau Jawa, yakni Jawa Timur, Jawa Barat dan Jawa Tengah ditambah oleh DKI dan tuan rumah.
"Keberhasilan kita menduduki posisi lima besar bukan saja berkejaran klasemen dengan Jawa Tengah namun sukses melampaui tuan rumah Riau," ujarnya.
Hal lain yang dianggap Harbiansyah yang juga merupakan "bos" (pemilik) Persisam Putra Samarinda itu sebagai pencapaian luar biasa adalah sukses cabang olahraga sepak bola yang masuk babak final serta menyumbangkan medali emas karena mampu melumpuhkan tim tangguh Sumatera Utara (1-0).
"Keberhasilan tim sepakbola Kaltim ini benar-benar sangat monumental serta fenomenal karena sejak muda saya mengelola tim Kaltim tidak pernah meraih prestasi seperti ini, bahkan, saat menjadi tuan rumah PON XVII-2008 Kaltim, kita masuk semi final," ujar Harbiansyah dengan mata berkaca-kaca.
Target Tiga Besar
Jika berpatok kepada target yang ditetapkan oleh Gubernur Kaltim Awang Faroek Ishak, maka artinya dengan posisi lima besar itu maka Kaltim gagal mencapai prestasinya.
Tetapi, perlu juga melihat "sejarah" (latar belakang) sehingga Gubernur Awang memasang target sangat tinggi itu, yakni berkaca kepada keberhasilan Kaltim mencatat sejarah dengan prestasi monumental dan fenomenal (tidak satupun daerah selain provinsi Pulau Jawa plus DKI Jakarta yang mampu meraihnya), yakni tiga besar pada PON XVII-2008 Kalimantan Timur.
Bagi para insan olahraga (baik pengamat, pelatih maupun atlet) menilai bahwa target tiga besar sangat tidak masuk akal. Ada beberapa catatan yang membuat target tersebut dianggap tidak rasional, yakni alasan utamanya adalah terkait dengan posisi sebagai kontingen tamu di PON XVIII-2012 Riau.
Tidak bisa dipungkiri bahwa salah satu kunci sukses Kalimantan Timur di PON XVII-2008 karena posisi sebagai tuan rumah sehingga tidak mengikuti babak prakualifikasi (Pra) PON.
Kaltim benar-benar memanfaatkan keuntungan sebagai tuan rumah dengan menerjunkan sekitar 1000 atletnya pada PON 2008. Berbeda dengan di PON 2012 Riau, Kaltim hanya mengirimkan sekitar 470 atlet.
Bahkan, sebagian kalangan justru pasimistis terhadap prestasi Kaltim di PON Riau, yakni dengan melihat perjalanan beberapa daerah yang begitu perkasa saat menjadi tuan rumah namun prestasinya hancur saat menjadi tim tamu.
Sebut saja, perjalanan Sumatera Selatan yang masuk elit lima besar saat jadi tuan rumah PON XVI-2004 (30 emas, 41 perak dan 40 perunggu) namun terlempar jauh di posisi 14 pada PON XVII-2008 Kaltim (12 emas, 11 perak dan 17 perunggu).
Kaltim yang pada PON XVi-2004 Sumatera Selatan hanya puas menduduki posisi sembilan dengan peraihan medali 19 emas, 28 perak dan 33, saat menjadi tuan rumah meloncat sangat tinggi karena masuk elit tiga besar setelah Jawa Timur dan DKI Jakarta dengan prestasi 116 emas, 111 perak dan 115 perunggu.
Kekhawatiran bahwa Kaltim akan sama seperti Sumatera Selatan sempat kiat terasa pada beberapa hari mulai
bergulirnya PON XVIII-2012 di Riau.
Bahkan, mental sejumlah pelatih dan atlet serta anggota kontingen Kaltim sempat jatuh pada PON XVIII-2012 Riau karena selama empat hari pekan olahraga berlangsung, tidak satu atlet Kaltim yang mencatat namanya di papan angka sebagai peraih emas.
Juara Sejati
Ada pernyataan cukup menggelitik, usai PB (Panitia Besar) PON XVIII-2012 mengumumkan secara resmi posisi
peraih medali terbanyak, yakni siapa sebenarnya "juara sejati" PON yang ke-18 itu.
"Kaltim is the real champion" begitu salah satu pesan pada jejaring sosial saat tim sepakbola Kaltim mampu
melumat tim tangguh Sumatera Utara 1-0 pada partai final untuk cabang olahraga paling merakyat itu di Stadion
Kaharuddin Nasution Rumbai, Riau, satu hari menjelang penutupan PON atau 19 September 2012.
Ucapan selamat baik melalui SMS maupun jejaring sosial meskipun dengan kalimat berbeda namun kebanyakan
bermakna sama, yakni "Kaltim adalah juara sejati PON 2012".
DKI Jakarta memang menduduki peringkat pertama karena peraih medali terbanyak, demikian pula Jawa Barat
sudah menunjukkan prestasi karena hanya peringkat empat di PON 2008 mampu menduduki "runner up".
Namun, prerstasi DKI Jakarta dan Jawa Barat ini dianggap oleh sejumlah pengamat olahraga tidaklah luar
biasa. Daerah ini memiliki potensi atlet baik secara kuantitas maupun kualitas.
Selain itu, didukung oleh pendanaan yang bukan saja dianggap proporsional namun sangat besar, bayangkan DKI Jakarta mengalokasikan dana Rp500 miliar dan Jawa Barat Rp250 miliar untuk persiapan (pemusatan latihan daerah) sampai pergelaran PON.
Dana sebesar itu, menyebabkan DKI Jakarta dan Jawa Barat bisa menjalankan salah satu tahap persiapan yang
strategis bagi atletnya, yakni menggelar pemusatan latihan daerah (Puslatda) dengan waktu pelaksanaan yang panjang (10 sampai 12 bulan) serta mengirimkan atletnya ke luar negeri untuk "try out" (latih tanding).
Kaltim sebaliknya saat menghadapi PON 2012 dengan persiapan sangat terbatas. Usulan KONI Kaltim adalah
sekitar Rp200 miliar namun disetujui (ditetapkan dalam anggaran) Rp80 miliar.
Hal itu menyebabkan Puslatda yang semula diprogramkan selama sembilan bulan dipangkas menjadi enam bulan. Sejumlah program "try out" ke luar negeri juga ditinjau ulang, sehingga ada cabang yang semula merancang selama persiapan akan latih tanding tiga kali, menjadi satu kali atau tidak berangkat semasekali.
Kekhawatiran lain, beberapa cabang olahraga yang menjadi andalan Kaltim juga ditiadakan pada PON Riau, yakni pada PON 2008 Kaltim tercatat 43 cabang olahraga sedangkan di "Provinsi Lancang Kuning" itu hanya 39 cabang olahraga.
Dari empat cabang yang tidak dipertandingkan itu, yakni hoki, dansa, berkuda dan drum band, pada PON XVII-2008 Kaltim meraih 12 emas.
Ditiadakan sejumlah cabang olahraga itu ternyata mampu ditutup oleh sukses beberapa cabang olahraga lain, sebut saja gulat, target hanya 10 emas mampu menyabet 14 emas dari 21 medali yang dipertandingkan, cabang olahraga senam yang tidak diperhitungkan ternyata menyumbang tiga emas.
Prestasi paling monumental yang dianggap sebagai "gong" menjadikan "Kaltim sebagai juara sejati" tentu prestasi tim sepakbola yang meraih satu emas, apalagi melihat perjalanan kesebelasan Kaltim yang sempat terseok-seok oleh berbagai kepentingan di tubuh PSSI.
Misalnya, Kaltim maju ke PON XVIII-2012 setelah menang WO atas Kalsel yang tidak datang pada laga "playoff". Pada PON 2012, di babak penyisihan, pertandingan Kaltim melawan Jawa Tengah molor sampai tiga jam sehingga harus digelar sampai tengah malam karena Rintangan intervensi PSSI pihak Djohar Arifin Husin yang menilai Kaltim tidak berhak tampil.
Berkaca dari perjalanan Kalimantan Timur itu sehingga menggapai posisi elit lima besar, maka tampaknya gelar "the real champion" untuk PON kali ini tidaklah berlebihan.