Kepala Bank Indonesia (BI) Provinsi Kaltim Tutuk SH Cahyono berpendapat sinergisitas antara perbankan, swasta, dan pemerintah baik pusat maupun daerah merupakan hal yang penting untuk stabilitas harga di tengah pandemi Coronavirus Disease 2019 (COVID-19).


"Bank Indonesia tetap konsisten menjaga stabilitas harga dan memperkuat sinergi dengan pemerintah di tengah penyebaran COVID-19, tentunya dengan langkah-langkah yang disesuaikan dengan kondisi saat ini," ujar Tutuk di Samarinda, Kaltim, Rabu.

Sebagai upaya mitigasi dampak penyebaran COVID-19 di Kaltim, pedagang di sejumlah pasar tradisional telah menyediakan layanan antar belanja sehingga kebutuhan masyarakat tetap dapat terpenuhi meski warga di rumah.

Selain itu, sejumlah retail modern juga telah menawarkan pelayanan serupa, sehingga dengan adanya berbagai upaya tersebut, maka permintaan konsumsi masyarakat tentu akan tetap terjaga.

Ia juga mengatakan bahwa untuk perkembangan harga barang kebutuhan pokok selama Maret 2020, di Kaltim mengalami deflasi atau penurunan 0,15 persen (mtm), berbeda dengan bulan sebelumnya yang mengalami inflasi 0,40 persen.

"Adanya perkembangan tersebut, maka inflasi Kaltim sampai Maret mencapai 0,5696 persen (ytd) atau secara tahunan tercatat sebesar 2,19 persen, lebih tinggi ketimbang inflasi Februari yang sebesar 2,08 persen (yoy)," katanya.

Berdasarkan kota pembentuknya, deflasi pada Maret 2020 bersumber dari Samarinda dan Balikpapan yang sama-sama deflasi 0,1596 persen (mtm).

Sementara, berdasarkan kelompok pembentuknya, deflasi indeks harga konsumen (HK) Maret 2020 bersumber dari makanan, minuman dan tembakau serta kelompok transportasi.

Deflasi pada kelompok makanan, minuman, dan tembakau terutama disebabkan oleh penurunan permintaan, sebagai akibat pembatasan aktivitas masyarakat dalam rangka mitigasi penyebaran COVID-19.

Namun, pasokan bahan makanan ke Kaltim tetap terjaga dan berjalan dengan lancar.

Sementara itu, lanjut Tutuk, deflasi kelompok transportasi terutama bersumber dari menurunnya permintaan angkutan udara, sejalan dengan imbauan pemerintah untuk tidak bepergian ke wilayah yang terjangkit COVID-19.

Deflasi lebih lanjut tertahan oleh tekanan inflasi yang bersumber dari naiknya harga emas perhiasan, seiring kenaikan harga emas dunia.

"Secara umum, kenaikan harga emas disebabkan oleh ketidakpastian kondisi global akibat wabah COVID-19 di seluruh dunia, sehingga banyak yang mengalihkan investasinya ke instrumen aman seperti emas," ucap Tutuk.
 

Pewarta: M Ghofar

Editor : Rahmad


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2020