Tenggarong (ANTARA News Kaltim) - Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur akan melibatkan para penyelam tradisional untuk membantu mengevakuasi mobil dan mencari korban ambruknya Jembatan Kartanegara.

"Sejak awal mereka ingin membantu melakukan penyelaman namun saya melarang karena Badan SAR Nasional tidak setuju. Sampai saat ini, para penyelam tradisional itu masih berada di tempat saya dan mereka tinggal menunggu persetujuan saya untuk melakukan pemyelaman," ungkap Bupati Kutai Kartanegara, Rita Widyasari, Jumat malam.

Para pemyelam tradisional yang berasal dari pedalaman Kaltim itu lanjut Rita Widyasari akan mulai melakukan penyelaman pada Sabtu (10/12).

"Besok (Sabtu) mereka akan mulai mengecek lokasi untuk melakukan penyelaman," katanya.

Namun, Bupati Kutai Kartanegara itu akan tetap mempertimbangkan faktor keamanan dan keselamatan para penyelam tradisional tersebut.

"Mereka merupakan penyelam di hulu Sungai Mahakam yang sering melakukan penyelaman untuk mencari emas dan menambang pasir. Tanpa dilengkapi peralatan canggih para penyelam itu bisa bertahan di dalam sungai dengan jarak pandang nol selama satu jam," katanya.

"Walaupun saya belum pernah melihat buktinya,saya yakin mereka akan mampu membantu melakukan pencarian korban dan mengevakuasi mobil dari dasar Sungai Mahakam. Namun, kami tetap mengutamakan keselamatan mereka sehingga mereka akan tetap diawasi oleh para penyelam profesional dan dibantu peralatan," ungkap Rita.

Sebelumnya, wakil Ketua DPRD Kutai Kartanegara, Marwan mengusulkan agar para penyelam tradisonal dilibatkan pada upaya pencarian korban dan evakuasi kerangka mobil di dasar Sungai Mahakam.

"Mereka sudah mengetahui karakter Sungai Mahakam dan sering dimintai bantuan untuk mencari korban tenggelam di Sungai Mahakam di pedalaman Kaltim. Mereka bahkan bisa bertahan di dalam air selama berjam-jam tanpa menggunakan peralatan modern," katanya.

"Jadi saya optimis, jika penyelam tradisional itu dipadukan dengan penyelam profesional maka upaya evakuasi dan pencarian korban akan lebih optimal," ungkap Marwan. (*)

Pewarta: Amirullah

Editor : Arief Mujayatno


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2011