Samarinda (ANTARA Kaltim) -  Stok beras di Bulog Samarinda, Kalimantan Timur, mencapai 7.000 ton dan yang masih dalam tahap pengiriman dari luar daerah sebanyak 3.000 ton, sehingga diyakini mampu mencukupi kebutuhan warga setempat hingga delapan bulan ke depan.

"Tidak ada yang perlu dikhawatirkan dalam menghadapi bulan Ramadhan bulan depan, karena stok beras untuk wilayah Kaltim cukup hingga delapan bulan," ujar Kepala Divre Bulog Kaltim dan Kaltara Bubun Subroto di Samarinda, Selasa.

Ia menyampaikan hal itu ketika menerima kunjungan kerja Dirjen Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan Oke Nurwan. Kedatangan Nurwan ke Samarinda untuk memantau perkembangan harga bahan pokok di Samarinda yang masih tinggi di sejumlah pasar tradisional.

Dalam sidak ke pasar dan Bulog tersebut, Nurwan didampingi oleh Wakil Wali Kota Samarinda Nusyirwan Ismail, Asisten II Sekkot Samarinda Sugeng Khairuddin, dan sejumlah pejabat di lingkungan Pemprov Kaltim.

Subroto melanjutkan, beras ribuan ton tersebut selain untuk memenuhi kebutuhan konsumsi masyarakat umum juga untuk menyalurkan program raskin (beras untuk rakyat miskin) dengan harga tertinggi sampai di masyarakat Rp9.500 per kilogram.

Selain itu, lanjut Subroto, stok gula pasir juga diyakini mampu mencukupi permintaan selama Ramadhan hingga Hari Raya Idul Fitri, bahkan hingga beberapa bulan setelah lebaran karena stoknya mencapai 275 ton.

Sementara Oke Nurwan meminta masyarakat tidak melakukan pembelian bahan pokok dalam jumlah banyak menjelang Ramadhan alasan takut kehabisan stok, karena tindakan memborong komoditas tertentu justru akan menimbulkan harga bisa melambung.

"Masyarakat tidak perlu cemas dan memborong bahan pokok, karena berdasarkan pemantauan ke sejumlah lokasi tadi, semua stok aman hingga beberapa bulan ke depan. Tapi saya lihat tadi harga masih tinggi, maka saya minta pemerintah daerah bertindak agar harga bisa diturunkan," ujar Nurwan.

Sedangkan saat melakukan pemantauan aktivitas bongkar muat di Pelabuhan Peti Kemas Palaran, Nusyirwan Ismail ketika ditanya wartawan mengenai dampak penurunan harga bahan pokok di pasar setelah adanya penurunan biaya produksi 6-10 persen di pelabuhan tersebut.

"Memang setelah adanya Operasi Tangkap Tangan (OTT) dari Saber Pungli terkait tingginya biaya jasa bongkar muat, kini biaya operasional di pelabuhan terjadi penurunan 6-10 persen, tapi saya belum berani mengemukakan dampak penurunan harga di pasar setelah ini karena belum dilakukan kajian," kata Nusyirwan.(*)

Pewarta: M Ghofar

Editor : Didik Kusbiantoro


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2017